Musim Mas Berdayakan Petani Perempuan melalui WSP

JagatBisnis.comSalah satu perusahaan kelapa sawit terintegrasi terbesar di dunia, Musim Mas, memaparkan hasil implementasi Women Smallholders Program (WSP) di Jakarta, Selasa (12/12/2023). Implementasi program perdana yang dilaksanakan pada Mei hingga Oktober 2023 di tiga kabupaten di Riau ini, dinilai berhasil. Rencananya, program ini akan diteruskan untuk diterapkan di wilayah lain tahun depan.

Project Leader WSP Musim Mas Linda Wati menjelaskan, WSP adalah program pemberdayaan bagi petani perempuan dan istri petani kelapa sawit binaan perusahaan tersebut di provinsi Riau. Program ini menjadi program petani swadaya terbesar di Indonesia dengan melibatkan 42.900 petani di 6 provinsi di Indonesia. Untuk itu, pihaknya membuka peluang kolaborasi bagi stakeholders yang ingin menjalankan program ini.

“WSP dimulai dengan pelatihan nutrisi dan kesehatan keluarga. Kami berkolaborasi dengan dua akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU) untuk melaksanakan program pelatihan dengan materi yang dituangkan dalam tiga modul: yaitu Generasi Sehat Keluarga Sehat yang berisi nutrisi keluarga. Kedua, Emas Dari Dalam Kandungan, mengenai gizi balita dan pola asuh. Ketiga, Sehat Diri, Sehat Sekitar yang menjelaskan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Leni di Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Baca Juga :   Musim Mas Fasilitasi Penjualan Kredit RSPO untuk Petani Swadaya

Dia menerangkan, pelatihan perdana ini diikuti oleh 500 perempuan dari tiga kabupaten, yaitu Rokan Hilir, Rokan Hulu dan Pelalawan. Melalui tiga kali tatap muka, dengan materi yang berbeda, pelatihan menggunakan pendekatan participatory, reflective, dan interactive, mengombinasikan modul dengan games, diskusi, dan aktivitas peserta.

“Tujuannya agar peserta dapat mengingat keseluruhan materi untuk digunakan dalam praktik perilaku secara mandiri setelah pelatihan selesai. Sebelum setiap pertemuan dilakukan, para peserta juga menjalani cek kesehatan berupa pencatatan berat dan tinggi badan, tekanan darah, kadar gula darah, asam urat, dan kolesterol. Program pelatihan yang berlangsung selama 6 minggu ini juga menggunakan metode pendampingan perilaku menggunakan kalender kesehatan dan grup whatsapp,” paparnya.

Dia menegaskan, salah satu pilar Kebijakan Keberlanjutan perusahaannya adalah meningkatkan taraf hidup petani, pekerja, dan masyarakat. Karena itu, kesejahteraan petani swadaya kelapa sawit merupakan salah satu fokusnya. Apalagi, sejak tahun 2015, pihaknya telah menginisiasi program pemberdayaan petani swadaya dengan melatih para petani swadaya kelapa sawit untuk praktik-praktik perkebunan yang baik.

Baca Juga :   Musim Mas Berdayakan Petani Sawit Swadaya Melalui Program Training for Smallholders

“Selain komitmen untuk terus mengembangkan program pemberdayaan petani swadaya yang dimiliki, kami juga memandang perempuan memiliki peranan penting bagi keluarga dan keberlanjutan industri kelapa sawit. Karena itu, WSP dihadirkan untuk memberdayakan petani perempuan dan istri petani melalui berbagai pelatihan yang menekankan aspek sosial-ekonomi agar dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki. Sehingga mereka mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi lebih di dalam keluarga,” imbuhnya.

Pihaknya mengaku, optimis program ini bisa terus dikembangkan dan diterapkan di daerah-daerah lainnya. Apalagi, program ini berkontribusi langsung dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesa. Sehingga perluasan program ini dapat dilakukan dengan memberdayakan para petani perempuan dan istri petani untuk mendapatkan pelatihan agar dapat berbagi dengan anggota keluarga atau komunitasnya.

“Setelah pelatihan nutrisi dan kesehatan keluarga, selanjutnya kami akan merancang pelatihan terkait literasi keuangan dan peluang bisnis rumahan. Karena itu, kami menyambut baik seluruh stakeholders yang ingin berkolaborasi, untuk meningkatkan kehidupan keluarga petani swadaya di Indonesia,” ucap Linda.

Sementara itu, Dosen Program Studi Antropologi Sosial di FISIP USU, Fotarisman Zaluchu menambahkan, melihat dan mengetahui latar belakang peserta yang sebagian besar awam dengan istilah-istilah kesehatan, maka ia harus bisa memberikan informasi yang mudah dipahami. Ia mengembangkan teknik belajar yang edukatif, tetapi menyenangkan.

Baca Juga :   Musim Mas Fasilitasi Penjualan Kredit RSPO untuk Petani Swadaya

“Karena penyampaian materi dilakukan secara dialogis, melibatkan indra dan membangkitkan semangat. Kami juga menyampaikan materi sesuai dengan konteks keseharian mereka dan dari awal, menjelaskan kesulitan-kesulitan yang akan mereka hadapi. Model pembelajaran seperti ini ternyata menyenangkan bagi mereka,” tegasnya.

Sedangkan, Dosen Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran USU,
Putri C. Eyanoer mengatakan, program ini memiliki framework yang tepat dengan memilih para ibu sebagai target peserta pelatihan. Karena pngaruh ibu pada keluarga terlihat dengan mengajak suami untuk hidup sehat, tentu dengan segala keterbatasannya.

“Efek domino memang hanya bisa didapat melalui komitmen yang kuat untuk mewujudkannya. Mulai dari mengajak suami untuk ikut menerapkan apa yang didapat dalam pelatihan. Sehingga bisa merasakan manfaatnya bersama dan melalui unggahan di grup whatsapp, dapat memotivasi ibu dan pasangan lain untuk melakukan program bersama,” pungkas Putrì. (eva)

MIXADVERT JASAPRO