Teknologi Membantu Pemantauan Hilal di Indonesia

JagatBisnis.com –  Para peneliti di Indonesia kini telah menggunakan berbagai teknologi untuk membantu pemantauan hilal, selain mengandalkan pengamatan langsung menggunakan mata. Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, menjelaskan bahwa alat optik seperti teleskop, monokuler, dan binokuler digunakan untuk mengumpulkan lebih banyak cahaya hilal yang redup.

“Semakin besar diameter alat optik, semakin baik. Hal ini dikarenakan diameter pupil mata manusia hanya sekitar lima milimeter,” ungkap Thomas pada Kamis (16/3/2023).

Teleskop monokuler bekerja berdasarkan prinsip pembiasan cahaya yang melewati prisma dan kemudian diarahkan ke dasar dan puncak teropong.

Baca Juga :   Penentuan Awal Bulan Zulhijah 1443 H saat Matahari Terbenam pada 29 Juni

Sementara itu, teleskop binokuler menggunakan prinsip “pergeseran fase” di mana cahaya yang masuk dibagi dua dan dikonvergensi untuk menghasilkan gambar 3D yang tegak dan lebih jelas.

Baca Juga :   Besok, Arab Saudi Tentukan Awal Zulhijah untuk Tentukan Idul Adha

Selain itu, teknologi lain yang dapat digunakan meliputi teleskop yang dilengkapi dengan kamera Charge Coupled Device (CCD) dan sistem olah citra. CCD merupakan sensor yang merekam gambar, terdiri dari sirkuit terintegrasi yang berisi larikan kondensator yang berhubungan.

“Dengan kamera CCD dan sistem olah citra, potret hilal dapat ditumpuk secara digital (stacking) untuk memperkuat citra hilal,” tambah Thomas.

Baca Juga :   Menguak Seluk-beluk Hilal

CCD digunakan dalam berbagai bidang seperti fotografi digital, astronomi, optikal, spektroskopi UV, dan teknik kecepatan tinggi.

Efisiensi kuantum CCD mencapai 70 persen, membuatnya lebih efisien daripada film fotografi yang hanya menangkap sekitar 2 persen cahaya. Keunggulan ini menjadikan CCD pilihan utama bagi para astronom dalam pemantauan hilal. (tia)

MIXADVERT JASAPRO