Pentingnya Peran Media Mengikis Stigma Kusta

JagatBisnis.com –  Hingga saat ini, penyakit kusta masih menimbulkan stigma di tengah masyarakat. Sehingga penanganan pasien, termasuk deteksi hingga pengobatannya, ikut terhambat. Padahal, kusta yang tidak diobati sesegera mungkin bisa mengakibatkan cacar tingkat dua. Adapun cacat tingkat dua dapat berupa jari menekuk, kaku, dan tidak bisa diluruskan serta kelopak mata yang tak bisa berkedip. Selain itu, pasien yang terlambat mendapatkan perawatan juga berpotensi menularkan kepada orang lain, khususnya kontak erat atau mereka yang hidup dalam satu rumah maupun tetangga.

“Oleh sebab itu, informasi yang benar tentang kusta harus terus menerus disebarluaskan melalui media demi mengatasi hoaks, mitos dan stigma seputar kusta. Media, pers mahasiswa, jurnalis warga dapat memainkan peran penanggulangan kusta di Indonesia yang masih berperingkat ketiga dunia untuk jumlah kasus kusta setelah India dan Brazil,” Communications Officer NLR Indonesia Paulan Aji dalam diskusi bertema “Stigma dan Mental Wellbeing pada Kusta” secara virtual, Selasa (23/8/2022).

Dia menjelaskan, untuk itu pihaknya mendorong kalangan media dan mahasiswa agar menampilkan foto, gambar, video, dan cerita yang inspiratif tanpa melanggengkan stigma kusta. Karena cerita yang dilengkapi foto, video dan pernyataan sebaiknya menampilkan perubahan yang positif dari orang yang pernah mengalami kusta, bukan malah berfokus pada sisi kelamnya.

Baca Juga :   Jangan Dijauhi, Pasien Kusta Bisa Disembuhkan

“Sayangnya, stigma kusta tak hanya datang dari masyarakat saja, melainkan dari pasien itu sendiri. Pasien kusta, kerap kali merasa malu apabila orang-orang di sekitar mengetahui bahwa dia menderita penyakit kulit itu. Sehingga informasi dan kisah inspiratif tentang orang yang pernah mengalami kusta perlu diangkat ke media secara rutin,” ungkapnya.

Baca Juga :   Jangan Dijauhi, Pasien Kusta Bisa Disembuhkan

Sementara itu, Project Officer Suara untuk Indonesia Bebas Kusta (SUKA), Fanny Rachma menambahkan, pentingnya keberadaan media sebagai penyalur informasi yang valid. Media diharapkan mampu menuangkan informasi kusta yang valid dan inklusif dengan kaidah jurnalistik tanpa mengesampingkan risiko terjadinya stigma dan diskirimasi pada kusta yang berujung pada masalah kesejahteraan emosional, psikologis hingga sosial.

“Kami berharap media semakin berpartisipasi aktif dalam menyebarluaskan informasi yang benar seputar kusta dan mampu menyuarakan atau memberitakan informasi yang benar, efektif, menarik dan inklusif. Sehingga masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan, sosial dan budaya tidak hanya menjadi paham, tetapi juga termotivasi untuk terlibat aktif dalam penanganan kusta di Indonesia,” imbuhnya.

Baca Juga :   Jangan Dijauhi, Pasien Kusta Bisa Disembuhkan

Pada kesempatan yang sama, Nadhila Beladina dari Yayasan Satu Jalan Bersama/Kelompok Mahasiswa peduli kusta berbagi pengalaman yayasannya dalam berinteraksi dengan orang yang pernah mengalami kusta. Menurutnya, pengetahun yang benar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dari sebelumnya.

“Karena minimnya informasi terkait kusta sehingga memicu masyarakat yang berada di pelosok daerah beranggapan kusta adalah penyakit yang menjijikan, dan bahkan dianggap sebagai kutukan. Maka, disinilah peran media untuk mengikis stigma itu,” pungkasnya. (eva)

MIXADVERT JASAPRO