Ini Alasan RI Sulit Lepas dari Impor Kedelai

JagatBisnis.com – Kenaikan harga kedelai membuat para importir berniat berhenti melakukan kegiatan impor. Namun demikian, pemerintah meminta agar impor tetap jalan untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri. Karena sebanyak 150 ribu perajin tempe dan tahu sangat tergantung pada kedelai impor sekitar 240 ton per bulan. Maka, jika tidak ada ketersediaan akan berbahaya bagi keberlangsungan usahanya.

“Beberapa waktu yang lalu saya berbicara dengan para importir, karena mereka sempat mau menghentikan importasinya akibat harga kedelai yang saat ini tinggi. Harga ini karena kejadian di luar negeri, apalagi dampak perang Ukraina-Rusia pada komoditi-komoditi lainnya. Namun, saya sudah tekankan ketersediaan kedelai ini perlu tetap tersedia, lebih baik tersedia meskipun harga tinggi,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan, di Jakarta, Sabtu (5/3/2022).

Menurutnya, pihaknya memastikan ketersediaan kedelai hingga puasa dan lebaran. Adapun jumlah yang disediakan mencapai 240 ribu ton per bulan hingga akhir tahun. Selain itu, pihaknya juga tetap melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat, terkait akan terjadi penyesuaian harga pada posisi Rp11.300 di tingkat pengrajin, bisa sampai di posisi Rp12 ribu. Namun, pihaknya juga membantu para perajin untuk menekan biaya produksinya.

Baca Juga :   Tempe Indonesia Masuk Pasar Jepang

“Harga standar yang sebenarnya diinginkan petani itu di tingkat Rp9-10 ribu, akan tetapi posisi ini sudah Rp11.300. Sehingga perajin harus menjual tempe kurang lebih harganya Rp10.300 per kg dan tahu sekitar Rp650 per kg,” imbuhnya.

Baca Juga :   KJRI New York Fasilitasi Pembentukan Asosiasi Pengrajin Tempe di AS

Dia menyebutkan, kebutuhan rata-rata tahun ini adalah 240 ribu ton per bulan. Secara nasional biasanya, sebelum terjadi penurunan jumlah perajin, jumlah kebutuhan nasional itu 3 juta ton dan pasokan dari impor itu setidaknya 2,6 juta ton.

Baca Juga :   Besok, Tempe dan Tahu Ada Lagi Dipasaran Tapi Harga Naik

“Di Indonesia, berdasarkan informasi Kementerian Pertanian, dari yang kita biasanya bisa memasok 20 persen atau 400 ribu ton, ternyata terjadi penurunan jadi produksinya hanya 250 ribu,” tutup dia. (*/eva)

MIXADVERT JASAPRO