Petir Sambar Pemain Bola di Bandung

JagatBisnis.com –   Seorang pria di Bandung tewas tersambar petir saat bermain bola di Lapangan Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Sabtu (10/2) sore. Mengapa petir bisa menyambar?

Ahli petir dan atmosfer sekaligus dosen Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMG), Dr. Deni Septiadi, memberi penjelasan. Deni menyebut petir yang menyambar itu jenis petir awan ke tanah. Jenis petir ini, kata dia, menyambar dari pusat awan ke permukaan, bahkan bisa menyambar dari puncak awan ke tanah dengan ketinggian hingga 10 km.

“Petir ini merupakan representasi awan konvektif matang (mature cloud) dengan kriteria awan guruh (thunderstorm) bahkan dalam ukuran tunggal (single thunderstorm),” kat Deni dalam keterangannya, Minggu (11/2).

Deni mengungkapkan petir ini lazimnya menyambar pada saat awan memasuki fase matang, meski belum menghasilkan thujan.

Baca Juga :   Remaja 18 Tahun Ditemukan Tewas di Bekasi, Diduga Dibunuh

“Petir ini lazimnya menyambar pada saat awan memasuki fase matang meski belum menghasilkan tetes hujan (rain drops) karena belum berada pada fase jenuh. Karena itulah, bahkan sebelum hujan pun petir dapat menyambar,” ujarnya.

Menurut dia, keberadaan manusia pada ruang terbuka seperti di lapangan sepak bola akan menjadi objek paling menonjol atau memiliki potensi tersambar.

“Meskipun tidak ada tempat pasti di mana petir akan menyambar, namun daerah-daerah terbuka merupakan daerah paling ideal tersambar oleh petir CG. Keberadaan manusia pada ruang terbuka (lapangan bola) akan menjadi objek paling menonjol atau lebih tinggi yang paling memiliki potensi tersambar,” ungkapnya.

Panas sambaran petir bahkan dapat mencapai 30 ribu derajat celsius. Deni menyebut, manusia yang tersambar langsung bisa mengalami luka bakar, gagal jantung, gangguan pendengaran hingga kematian.

Baca Juga :   Masyarakat Diminta Tak Sebarkan Info tentang Merapi Selain dari BPPTKG

“Petir CG berada pada pita frekuensi rendah (low frequency) dari gelombang elektromagnetik (EM) sehingga rambatannya gelombangnya bisa sangat jauh (~1000 km). Gelombang kejutnya bahkan setara gempa 3.0 magnitudo sehingga orang yang berada dalam radius 5 m dapat terlempar,” ujarnya.

“Apalagi pada fase di ujung musim hujan (Des-Jan-Feb, DJF) aktivitas petir semakin meningkat frekuensinya,” sambungnya.

Lebih lanjut, Deni menyampaikan perlu menjadi perhatian terkait bahaya sambaran petir.

“Oleh karena itu, perlu diperhatikan keselamatan terkait bahaya sambaran petir. Benua Maritim Indonesia (BMI) dengan konvektif dan aliran udara ke atas (updraft) yang kuat akan meningkatkan proses tumbukan (kolisi) tangkapan (koalisensi) antara tetes awan, kristal es dan batu es (hailstone) sehingga memicu pemisahan muatan dan menghasilkan sambaran petir. Panitia Liga sepakbola betul-betul harus mempertimbangkan bahaya petir,” tandasnya.

Baca Juga :   Ngeri, Potongan Kepala Remaja Ditemukan dan Diduga Dimangsa Harimau

Sebelumnya diberitakan, pria tersebut tampak berposisi sebagai pemain bertahan. Saat tengah bermain, tiba-tiba petir menyambar dengan dahsyat ke arahnya.

Seorang saksi di lokasi menceritakan peristiwa tersebut. Dia mengatakan, korban merupakan tim yang datang untuk bertandang melawan timnya di Stadion Siliwangi.

“Dia (korban) away ke Bandung, timnya lawan tim saya. Cuaca agak mendung, awal main panas, tapi di selatan sama timur sudah kelihatan hujan, di lapangan masih panas, makanya kita berani main,” ujar pria berinisial GJ.

Tak lama langit menjadi mendung, suara petir terdengar. Tak lama, petir menyambar pemain tersebut. Menurut GJ, pemain itu tak sadarkan diri dan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Sariningsih. Pemain tersebut dikabarkan meninggal dunia. (tia)

MIXADVERT JASAPRO