Berita  

Jumlah Korban Tewas di Gaza Jadi 16.200 Orang

Ilustrasi Foto: Benar News

JagatBisnis.com Agresi Israel ke Jalur Gaza dan Tepi Barat yang sudah berlangsung selama 62 hari per Kamis (7/12) telah menewaskan 16.456 rakyat Palestina. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, selain itu ada 42.250 orang lainnya yang terluka akibat serangan pasukan penjajah Israel.

Dilansir Middle East Eye dari jumlah ini, mayoritas korban jiwa, atau sebanyak 16.200 jiwa, berada di Jalur Gaza dan sisanya berada di Tepi Barat. Sedangkan untuk korban luka, 42 ribu korban di antaranya berada di Jalur Gaza, dan hampir 3.250 korban lainnya di Tepi Barat.

Dari 35 rumah sakit di Gaza, 27 di antaranya saat ini sudah tak lagi berfungsi karena dihujani serangan Israel dan menipisnya cadangan bahan bakar. Sektor kesehatan di Gaza semakin menghadapi krisis parah karena 55 ambulans tak bisa digunakan dan puluhan pusat kesehatan berhenti beroperasi.

Baca Juga :   Serangan Udara Israel Mengakibatkan Infrastruktur di Gaza Hancur

Sebanyak 60% rumah penduduk di seluruh Jalur Gaza telah hancur. Angka ini bisa bertambah karena serangan udara oleh penjajah Israel masih berlangsung.

“Pendudukan telah meningkatkan serangan terhadap rumah sakit, mengepung dan menggerebek rumah sakit, serta menyerang ambulans dan menahan korban luka,” kata Kementerian Kesehatan Palestina.

Salah satu pendiri proyek We Are Not Numbers, Refaat Alareer, ikut jadi korban tewas dalam serangan terbaru pasukan Israel, Kamis (7/12). Kabar kematian dosen di Universitas Islam Gaza ini diungkapkan pendiri We Are Not Numbers lainnya, Ahmed Alnaouq.

Baca Juga :   Proses Evakuasi WNI dari Jalur Gaza Terkendala oleh Kondisi Tidak Kondusif

“Dia telah menulis banyak buku dan menulis puluhan cerita tentang Gaza. Pembunuhan terhadap Refaat sungguh tragis, menyakitkan, dan keterlaluan. Ini adalah kerugian yang sangat besar,” ucap Ahmed Alnaouq.

We Are Not Numbers adalah sebuah proyek yang didirikan oleh Euro-Mediterania Human Rights Monitor pada 2015. Proyek ini menyediakan wadah bagi para generasi muda Palestina di Gaza untuk menulis dalam Bahasa Inggris.

Baca Juga :   Tersisa 1 Rumah Sakit di Jalur Gaza yang Masih Bisa Rawat Pasien

Para anak muda Gaza diberikan pelatihan dan pembekalan selama enam bulan dengan penulis-penulis asal Inggris yang berpengalaman, penulis profesional, hingga jurnalis. Hasil dari tulisan mereka diterbitkan dalam berbagai media mulai dari Huffington Post, Mondoweiss, New Arab, Palestine Chronicle, dan Majalah +972.

Selain ikut membentuk proyek We Are Not Numbers yang menghasilkan penulis serta jurnalis handal asal Gaza, Refaat Alareer juga dikenal sebagai penulis, penyair, pengajar, dan aktivis. Di Universitas Islam Gaza, Refaat Alareer mengajar mata kuliah Literatur dan Penulisan Kreatif. (tia)

MIXADVERT JASAPRO