Junta Militer Myanmar Akui Gagal Mengendalikan Perdagangan Narkoba, Meski Membakar Barang Tersebut Senilai Jutaan Dolar

JagatBisnis.com  Pada hari ini, junta militer Myanmar mengakui kegagalan mereka dalam menghentikan lonjakan produksi dan perdagangan narkoba di negara tersebut. Meskipun mereka mengadakan seremoni pembakaran narkotika senilai hampir setengah juta dolar sebagai bagian dari peringatan Hari Anti Penyalahgunaan Narkoba dan Perdagangan Gelap Internasional.

Dalam seremoni yang diadakan di Yangon, tumpukan heroin, ganja, dan opium dibakar oleh junta. Pejabat junta mengungkapkan bahwa pembakaran barang-barang tersebut senilai 446 ribu dolar atau sekitar 6,7 miliar rupiah tidak hanya dilakukan di Yangon, tetapi juga di berbagai tempat di Myanmar.

Namun, meskipun tindakan ini dilakukan, Kepala Komite Pusat untuk Pengendalian Penyalahgunaan Narkoba, Soe Htut, mengakui bahwa upaya mereka dalam menggagalkan perdagangan narkotika senilai jutaan dolar di negara tersebut masih mengalami kegagalan. Ia menyatakan bahwa meskipun banyak pengguna narkoba, produsen, penyelundup, dan kartel telah ditangkap dan didakwa, produksi dan perdagangan narkoba tidak mengalami penurunan sama sekali.

Baca Juga :   Terjerat Perdagangan Narkoba, TKW Indramayu Dihukum 20 Tahun Penjara

Myanmar terletak di segitiga emas perbatasan dengan Laos dan Thailand, yang merupakan pusat produksi dan perdagangan narkoba di Asia Tenggara, terutama opium dan sabu. Wilayah Myanmar yang terkenal sebagai penghasil utama bahan pembuat sabu adalah Negara Bagian Shan, seperti yang diungkapkan oleh PBB.

Baca Juga :   Kepergok Pakai Narkoba di Kontrakan, Pria Ini Diamankan Polisi

David Mathieson, seorang pengamat independen, menyatakan bahwa lonjakan produksi narkoba di Myanmar terjadi karena junta tidak serius dalam memberantas peredaran barang haram tersebut. Ia mengklaim bahwa militer sebenarnya melindungi kartel dan perdagangan narkoba ini telah berlangsung bertahun-tahun.

Menurut laporan PBB, lonjakan produksi dan perdagangan narkoba di Myanmar disebabkan oleh krisis yang dipicu oleh kudeta yang terjadi pada tahun 2021. Pada bulan Juni tahun ini, Kantor PBB untuk Urusan Narkoba dan Kriminal melaporkan bahwa sebanyak 23 ton sabu disita di Myanmar pada tahun 2022.

Baca Juga :   Pabrik Sabu Karawaci WNA Iran Dapat Bahan Baku dari Turki

Laporan PBB lainnya juga mengungkapkan bahwa ada 40 ribu hektar tanah yang digunakan untuk menanam opium di Myanmar, luasnya sama dengan setengah luas Kota New York.

Kesimpulannya, meskipun junta militer Myanmar mengakui kegagalannya dalam mengendalikan perdagangan narkoba dan melakukan pembakaran narkotika sebagai tindakan simbolis, upaya mereka belum membuahkan hasil dan produksi serta perdagangan narkoba terus meningkat di negara tersebut. (tia)

MIXADVERT JASAPRO