Petani di Ponorogo Didorong Ekspor Rempah

JagatBisnis.com – Permintaan ekspor komoditas rempah terus meningkat di tengah pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, pemerintah mendorong agar petani terus membudidayakan tanaman rempah dan melirik potensi ekspor tersebut. Apalagi, Indonesia sejak ratusan tahun lalu merupakan negara yang kaya rempah-rempah.

“Sampai saat ini rempah masih menjadi yang terbaik. Bahkan, kolonial datang dari Portugis hingga Belanda alasannya karena rempah-rempah negara kita,” kata Asisten Deputi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Kewirausahaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Saleh dalam keterangannya, Rabu (23/3/2022).

Dia menjelaskan, Indonesia saat ini berada di peringkat ke-9 negara pemasok rempah-rempah dengan nilai ekspor mencapai USD1,03 miliar atau sekitar Rp14,6 triliun. Untuk itu, pemerintah menargetkan ekspor rempah-rempah tumbuh USD2 miliar atau sekitar Rp28 triliun di 2024.

“Target itu sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menurunkan angka kemiskinan di Indonesia. Untuk itu, pemerintah terus mendorong upaya peningkatan taraf hidup melalui program pemberdayaan rempah petani,” ungkapnya.

Dia menambahkan, salah satu upaya yaitu melakukan pendampingan maupun pelatihan terutama untuk komoditas unggulan berorientasi ekspor. Seperti, kolaborasi pemberdayaan petani rempah dilakukan bersama Astra Internasional melalui Desa Sejahtera Astra (DSA) di Ponorogo. Melalui sinergi tersebut DSA Ponorogo berhasil mengekspor 50 ton kunyit dan temulawak senilai Rp750 juta di ekspor ke India.

“Di DSA Ponorogo, ada 10 desa yang menyasar 400 masyarakat dan kurang lebih 100 petani untuk pengembangan produk ekspor rempah-rempah. Hingga saat ini, terdapat 930 Desa di 142 Kabupaten dan 34 Provinsi di Indonesia. Program DSA telah melibatkan banyak pihak, diantaranya expertise, akademisi, start up, komunitas masyarakat, serta tentunya dukungan dari pemerintah,” terangnya. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO