Imbas Toxic People, Angka Pernikahan di Indonesia Menurun

Ilustrasi pernikahan

JagatBisnis.com –  Angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan yang cukup drastis. Berdasarkan data dari Statistik Indonesia, dari 2013 hingga ke 2018, angka pernikahan masih sempat naik dan turun. Namun pada 2018 sampai 2023, angka pernikahan konsisten menurun.

Pada 2023, jumlah pernikahan di Indonesia hanya sebanyak 1,58 juta. Angka tersebut menurun 7,51 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang jumlah pernikahannya sebanyak 1,71 juta di 2022.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), DR. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengakui memang ada penurunan angka pernikahan dalam beberapa waktu terakhir. Data dari Statistik Indonesia tak jauh berbeda dengan data dari Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH)

Baca Juga :   Taylor Lautner dan Tay Dome Bagikan Kunci Sukses Pernikahan: Komunikasi Adalah Segalanya

SIMKAH sendiri menjadi salah satu sumber data yang dipercayai oleh BKKBN. Menurut dr. Hasto dari laporan SIMKAH, di 2023 total pernikahan di Indonesia hanya sebanyak 1.544.571. Data tersebut telah dihimpun dari Sabang sampai Merauke.

Namun dia menjelaskan bahwa data yang tersebut hanya menghimpun jumlah pernikahan yang menikah secara Islam. Sementara untuk yang Nasrani, data jumlah pernikahannya masih berada di masing-masing Gereja atau Paroki.

“Sebetulnya SIMKAH itu belum semuanya tapi itu mayoritas yang Islam. Jadi yang non-Muslim masih belum masuk. Biasanya karena SIMKAH ini dari KUA dan KUA itu masih mencatat yang Muslim,” tutur dr. Hasto saat dihubungi pada Rabu 6 Maret 2024.

Baca Juga :   Mahkamah Agung India Tetapkan Tidak Ada Legalisasi Pernikahan Sesama Jenis

“Sedangkan yang non-Muslim masih di Gereja atau di Paroki. Tetapi memang saya tidak menolak bahwa data yang ada ini trennya menurun untuk pernikahan ya,” tuturnya.

Dokter Hasto mengamati angka pernikahan tersebut menurun khususnya di kelompok usia subur. Menurut data yang ia miliki, dari kelompok usia 20 tahun sampai dengan 39 tahun mengalami penurunan angka.

Dia pun menyatakan bahwa dirinya melihat adanya korelasi yang erat antara penurunan angka pernikahan di Indonesia dengan banyaknya perceraian yang terjadi. Sehingga masyarakat berpikir keras atau bahkan enggan untuk menikah.

“Iya (karena banyaknya perceraian), saya menghubungkan beberapa data itu nyambung gitu. Jadi kemungkinan, sebab ini kan berkorelasi ya artinya ada korelasi-korelasi yang menarik gitu,” ujar dr. Hasto.

Baca Juga :   Republic Bashkortostan, Rusia, Pertimbangkan Tes Genetik Sebagai Syarat Pernikahan

Banyaknya perceraian yang terjadi menjadi salah satu ketakutan atau pun benteng yang melindungi diri untuk tidak melangsungkan pernikahan. Sebab mereka yang tidak ingin menikah takut mengalami trauma ataupun kekecewaan akibat gagal membina rumah tangga.

Bukan cuma itu, menurut dr. Hasto penyebab lain angka pernikahan di Indonesia menurun lantaran jumlah orang yang toxic terus bertambah dari waktu ke waktu. Data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan di 2013, remaja-remaja yang toxic itu enam persen tapi tahun 2018 terus meningkat menjadi 9,8 persen. (tia)

MIXADVERT JASAPRO