Ekbis  

Ekonomi China Merosot, Industri Indonesia Menjerit

Pelabuhan Nansha, Guangzhou, China Foto: Kumparan

JagatBisnis.com –  Merosotnya perekonomian China berdampak signifikan terhadap industri manufaktur Indonesia. Penurunan permintaan ekspor dari negeri tirai bambu membuat barang-barang produksi Indonesia menumpuk di gudang dan kehilangan pasar.

Hal ini tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) manufaktur Indonesia yang turun sebesar 0,11 poin menjadi 51,32 pada Desember 2023. IKI merupakan indikator yang mencerminkan kekuatan industri manufaktur Tanah Air.

Menurut Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, penurunan IKI disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penurunan permintaan ekspor dari China.

Baca Juga :   Zelensky Tolak Mentah-mentah China jadi Mediator dengan Rusia

“Memang kalau kita lihat banyak responden menyatakan bahwa produk mereka kurang diserap, terutama produk ekspor, karena penurunan permintaan dari China,” kata Febri dalam konferensi pers rilis IKI Desember di Denpasar pada (28/12).

Ekonomi China tercatat tengah mengalami kemerosotan, dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2023 sebesar 4,9 persen. Bahkan, Bank Dunia mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada 2024, jadi tak sampai 4,5 persen.

Pemerintah China sendiri juga menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada 2024 untuk negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik, termasuk negaranya sendiri, jadi 4,5 persen.

Baca Juga :   Pasangan Pembunuh Indonesia Dihukum 35 Tahun Penjara oleh Pengadilan Malaysia

Penurunan permintaan ekspor dari China tentu berdampak negatif bagi industri manufaktur Indonesia. Hal ini menyebabkan barang-barang produksi Indonesia menumpuk di gudang dan kehilangan pasar.

“Jadi sebenarnya kita melihat memang dari sisi persediaan itu angkanya meningkat banyak, tapi industri nampaknya akan mendapatkan permintaan baru,” tambah Febri.

Meskipun demikian, Febri yakin, pelaku industri Tanah Air akan segera menerima permintaan baru dengan jumlah yang tinggi. Ia mengatakan, industri masih banyak menahan stoknya di gudang, tapi mereka menyatakan permintaan baru masih banyak dan produksi juga masih banyak.

Baca Juga :   China Biayai Proyek Migas di Afghanistan, Waspada Jebakan Utang

Febri menambahkan, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan pelaku industri untuk mencari solusi atas dampak merosotnya perekonomian China. Pemerintah juga akan terus berupaya untuk mencari pasar-pasar baru bagi produk-produk industri Indonesia.

Penurunan permintaan ekspor dari China tentu menjadi tantangan bagi industri manufaktur Indonesia. Namun, pelaku industri harus tetap optimistis dan mencari cara untuk mengatasi tantangan ini. (tia)

MIXADVERT JASAPRO