Ledakan Smelter China di Morowali, 13 Orang Tewas

Ilustrasi Ledakan Foto: tvOneNews.com

JagatBisnis.com –  Ledakan smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (PT ITSS) di Morowali, Sulawesi Tengah, pada Minggu (24/12) pagi, menyisakan duka mendalam. Sebanyak 13 orang meninggal dunia dan 22 orang lainnya luka-luka.

Peristiwa ini menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS, Mulyanto. Ia meminta pemerintah menghentikan sementara (moratorium) semua operasional smelter perusahaan asal China di Indonesia.

Mulyanto meminta pemerintah mengaudit semua smelter tersebut secara ketat karena sering terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban jiwa. Audit harus dilakukan secara profesional, objektif dan menyeluruh terhadap aspek keamanan dan keselamatan kerja.

Baca Juga :   DPR: Pemerintah Harus Tegas Terhadap Kampanye Negatif LSM Lingkungan

“Sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian besar alat kerja di smelter-smelter milik China diimpor dari China juga. Bahkan sampai komponen terkecil seperti baut dan mur. Karena itu kita perlu tahu kualitas barang yang selama ini dipakai untuk menunjang operasional smelter. Jangan-jangan barang dan suku cadang yang dipakai tidak memenuhi syarat yang ditentukan,” kata Mulyanto dalam keterangan resmi, Minggu (24/12).

Mulyanto mengimbau pemerintah bahwa jangan karena ada pertimbangan politik, sampai mengabaikan aspek keamanan dan keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan itu.

Baca Juga :   3 Orang Tewas akibat Ledakan di Jersey

Ia sangat prihatin kecelakaan kerja terjadi lagi di smelter perusahaan China. Kali ini menyebabkan paling sedikit 35 orang korban, di mana sebanyak 13 orang meninggal dunia.

Padahal beberapa waktu sebelumnya terjadi kecelakaan kerja di smelter PT GNI yang mengakibatkan 2 orang meninggal dunia.

“Ini ledakan terbesar dalam sejarah pengoperasian smelter milik perusahaan China di Indonesia. Pemerintah agar sungguh-sungguh untuk menindaklanjuti kasus ini. Kita perlu tahu apa penyebab dari ledakan smelter tersebut, apakah karena faktor lemahnya keandalan pabrik, murni faktor kelalaian manusia, atau ada sebab-sebab lain. Pemerintah bertanggung-jawab untuk mengusut tuntas kasus ini,” tuturnya.

Baca Juga :   Pemerintah Alokasikan Rp 187 Triliun untuk Anggaran Kesehatan di 2024, Fokus pada Transformasi dan Kesejahteraan

Mulyanto menyebut peristiwa ini harus menjadi pelajaran berharga sehingga harus benar-benar dipahami dan menjadi momentum untuk mengevaluasi semua kesepakatan kerja sama dengan perusahaan China. Pemerintah harus mencari akar-masalahnya sehingga dapat dicegah kejadian seperti ini berulang di masa depan.

Terkait korban dan keluarga korban, Mulyanto meminta PT ITTS wajib bertanggung-jawab dalam pengobatan, perawatan, pemakaman dan pemberian santunan. (tia)

MIXADVERT JASAPRO