Berita  

Warga Negara Indonesia Terhindar dari Kerusuhan di Prancis

Kerusuhan Prancis Foto CNBC Indonesia

JagatBisnis.comPada tanggal 27 Juni 2023, sebuah penembakan oleh aparat Kepolisian terjadi di kota Nanterre, Prancis, yang menyebabkan kematian seorang pemuda Prancis keturunan Aljazair bernama Nahel, yang berusia 17 tahun. Peristiwa ini terjadi ketika korban tidak mengikuti perintah untuk berhenti saat diminta oleh polisi. Penembakan ini kemudian memicu kerusuhan yang menyebar ke daerah pinggiran kota Paris lainnya, seperti Seine-Saint Denis, Villeurbanne, Nantes, dan Toulouse.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pada tanggal 30 Juni 2023 mengkonfirmasi bahwa tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdampak atau terlibat dalam kerusuhan tersebut. KBRI Paris telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian kota Nanterre dan komunitas Indonesia di Prancis untuk memastikan keamanan WNI.

Sebuah potongan video yang beredar luas di internet menunjukkan dua aparat Kepolisian bersenjata menghentikan sebuah mobil berwarna kuning. Mereka mendekati jendela pengemudi dan menodongkan senjata sebelum kendaraan itu mencoba melarikan diri. Namun, salah satu aparat justru menembak pengemudi tersebut. Rekaman video lain menunjukkan mobil tersebut menabrak sebuah tiang di sekitarnya. Kantor Kejaksaan Nanterre telah mengonfirmasi kejadian tersebut. Aparat Kepolisian yang terlibat telah ditahan karena diduga melakukan pembunuhan dengan sengaja.

Baca Juga :   Ini Penyebab Gelombang Panas Indonesia dan Asia

Ibu Nahel muncul dalam sebuah video di Instagram bersama seorang aktivis anti-polisi, menyatakan kesedihannya atas kematian putranya. Dampak dari kejadian ini, orang-orang turun ke jalan di Kota Nanterre untuk memprotes. Beberapa aksi protes melibatkan pembakaran mobil, pelemparan batu, dan kembang api ke arah aparat Kepolisian. Beberapa bangunan publik, seperti sekolah, balai kota, dan markas besar Olimpiade Paris 2024 di dekat Seine-Saint-Denis, juga menjadi target pembakaran. Kepolisian merespons aksi protes tersebut dengan menggunakan gas air mata.

Baca Juga :   Novie: Indonesia Jadi Ketua Pertemuan Transportasi se-ASEAN

Sebanyak 40 ribu aparat Kepolisian dikerahkan, dengan 5 ribu di antaranya berada di Paris. Kepolisian melaporkan telah menangkap 150 orang, di mana separuh dari jumlah tersebut ditangkap dalam kekerasan di Kota Paris.

Baca Juga :   Sarkofagus Firaun Ramses II Akan Dipinjam Pemerintah Paris

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengutuk tindakan polisi tersebut dan menyatakan bahwa kematian seorang anak muda tidak dapat dibenarkan. Ia menyebut tindakan polisi tersebut sebagai “tak termaafkan” selama kunjungannya ke Kota Marseille pada tanggal 28 Juni 2023.

Kerusuhan ini mencerminkan ketegangan sosial yang meningkat di Prancis dan menimbulkan keprihatinan akan masalah rasial dan ketidakpuasan terhadap aparat Kepolisian. (tia)

MIXADVERT JASAPRO