Begini Kata BMKG Terkait Cuaca Panas Mendidih di Indonesia

JagatBisnis.comBelakangan cuaca panas mendidih melanda beberapa wilayah Indonesia. Lalu, sampai kapan ini akan terjadi? Menanggapi hal itu,

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, cuaca panas mendidih ini menjadi suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Penyebabnya karena suhu panas yang terjadi sekarang merupakan fenomena akibat adanya gerak semu matahari.

“Potensi suhu udara panas seperti itu dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” kata Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, Senin (8/5/2023).

Menurut dia, siklus tahunan tersebut berdampak pada wilayah Jawa. Di mana temperatur sedikit naik pada bulan April dan Mei, lalu suhu kembali memuncak di bulan Oktober. Pada bulan selain itu, temperatur akan menurun.

Baca Juga :   Cuaca Panas Masih Hantam Indonesia, Ini Jam Paling Ekstrem

“Menurun, tapi tentunya tidak seperti di wilayah lain seperti di Eropa dan Amerika yang mencapai 20-an derajat Celcius,” ungkapnya.

Seperti yang diketahui, lanjut Sena, Indonesia merupakan negara tropis dan temperatur itu akan berada di sekitar 30-an derajat Celcius, relatif konstan. Untuk itu, masyarakat disarankan menyesuaikan aktivitas di luar termasuk dengan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari seperti payung, topi, atau tabir surya.

Baca Juga :   BMKG: Bencana Hidrometeorologi Ancam Yogyakarta 3 Hari ke Depan

“Masyarakat Indonesia harus waspada bersama, karena saat ini Indonesia tengah beralih dari musim hujan ke musim kemarau. Apalagi, tahun ini Indonesia akan mengalami musim kemarau yang cukup panjang. Diprediksi musim kemarau terjadi mulai akhir bulan Mei hingga akhir bulan September.

“Tentunya, hal itu juga perlu diantisipasi oleh masyarakat untuk menghadapi kekeringan yang nanti akan terjadi. Tapi kekeringan yang terjadi karena musim kemarau menjadi konsekuensi dari kondisi panas yang saat ini terjadi,” imbuhnya.

Baca Juga :   Hari Ini, Hujan Deras Diprediksi Turun di 3 Wilayah Jakarta

Dia menambahkan, adapun wilayah yang berpotensi kekeringan, yakni Indonesia bagian selatan khatulistiwa yang memiliki perbedaan yang cukup jelas antara musim hujan dan kemarau. Lalu, wilayah Jawa Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan sebagian besar pulau Sumatra bagian selatan dari Riau ke selatan, akan berpotensi terdampak kekeringan.

“Hal itu berbeda dengan 3 tahun belakangan ini, di mana kita mengalami kondisi cukup basah. Karena 3 tahun ke belakang kita mengalami kondisi La Nina.” pungkasnya. (*/eva)

MIXADVERT JASAPRO