Perbedaan Karakter yang Harus Dipahami Calon Jemaah Haji Di Tanah Suci

JagatBisnis.com – Tahun ini diperkirakan jemaah haji yang akan berangkat menunaikan rukun Islam yang kelima akan di dominasi oleh golongan lansia maka diharapkan para petugas haji dapat bekerja ekstra lebih keras lagi dalam melayani rombongan calon haji dari Indonesia yang berusia lansia.

Direktur Bina Haji Kementerian Agama RI Arsyad Hidayat mengatakan, ada beberapa titik kritis saat proses haji yang perlu mendapat perhatian petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2023. Dia meminta semua petugas PPIH dari unit layanan mana pun untuk memperhatikan titik kritis ini agar semua jemaah haji Indonesia 2023 merasa nyaman saat beribadah.
Titik kritis pertama adalah awal kedatangan jemaah di Arab Saudi baik di Bandara Madinah mapun Jeddah. Saat pertama kali mendarat di Arab Saudi, jemaah haji Indonesia akan menemui sejumlah perbedaan dengan di Tanah Air. Dua di antaranya adalah suhu dan budaya masyarakat yang berbeda.
Menghadapi perbedaan tersebut tak jarang membuat jemaah haji asal Indonesia syok. Misalnya karena tinggal di padang pasir orang Arab terbiasa bicara dengan nada atau intonasi keras. Ada beberapa jemaah haji Indonesia salah paham, menganggap bahwa orang Arab tersebut sedang marah sama dia.

“Ada (jemaah haji) yang sampai syok, stres. Mereka bingung, kok saya dimarahi. Nah ini harus diantisipasi,” kata Arsyad saat memimpin apel pagi Bimbingan Teknis PPIH Arab Saudi 2023 di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, Selasa (11/4/2023).

Baca Juga :   Kelompok Jemaah Haji yang Berangkat Tahun Ini Didominasi Lansia

Kedua, titik kritis yang perlu diantisipasi adalah ketika jemaah haji pertama kali tiba di Madinah atau Makkah. Untuk jemaah yang pertama kali di Madinah biasanya akan melakukan sholat Arbain. Begitu juga untuk jemaah haji yang pertama kali tiba di Makkah, maka akan melakukan umrah haji.

Menurut Arsyad, karena umumnya baru pertama kali di Arab Saudi, mereka sangat bersemangat untuk melakukan ibadah. Namun karena terlalu bersemangat, jemaah haji 2023 ini lupa untuk melakukan orientasi hotel tempat mereka menginap.

“Nama hotelnya apa, di jalan apa, ciri fisiknya apa. Mereka sering lupa. Akibatnya banyak jemaah haji kita yang tersesat karena tidak melakukan orientasi,” kata dia.

Baca Juga :   Syarat Rekomendasi untuk Haji dan Umroh Akhirnya Dicabut

Arsyad memperkirakan tahun ini potensi jemaah haji Indonesia yang tersesat jalan kembali ke hotel akan tinggi, mengingat jumlah jemaah lansia cukup banyak.

Titik kritis ketiga adalah di Makkah untuk jemaah haji gelombang pertama. Begitu tiba di Makkah mereka akan melakukan umrah haji. Selesai melaksanakan umrah haji mereka harus menunggu sampai tanggal 8 Zulhijah untuk menjalani prosesi haji. Selama waktu menunggu itu biasanya jemaah mengisi waktu dengan beberapa kali melaksanakan umrah tanpa memperhatikan kesehatan dan kondisi fisik. Akibatnya saat waktu prosesi haji kondisi fisik jemaah tak jarang sudah kelelahan.

“Kami tidak melarang (umrah sunah) buat mereka yang kondisi fisiknya kuat dan sehat. Tapi buat yang ada kendala fisik mohon dipertimbangkan. Jangan sampai karena mengejar yang sunnah, ibadah wajib saat prosesi haji justru terlewatkan,” kata Arsyad.

Titik kritis keempat adalah saat jemaah akan melakukan perjalanan Masyair. Menurut Arsyad jemaah haji Indonesia berpotensi kelelahan, meski sempat beristirahat dengan cukup. Padahal saat di Masyair jemaah haji akan melakukan beberapa prosesi ibadah.

Baca Juga :   Jemaah Kloter Pertama Akan Tiba di Saudi pada 23 Mei

Mengutip data dari Kementerian Kesehatan, Arsyad mengatakan bahwa angka kematian jemaah haji Indonesia meningkat setelah prosesi di Masyair. “Saya minta diatur betul semua supaya kondisi jemaah tetap fit bisa menjalankan semua rukun ibadah haji,” kata Arsyad.

Waktu pelaksanaan thowaf ifadhah adalah titik kritis kelima. Menurut Arsyad, setiap tahun saat thowaf ifadhah bisa dipastikan bahwa suasana di Kakbah penuh dan sesak. Apalagi jika ada yang sengaja mengambil thowaf ifadhah di tanggal 10 Zulhijah. “Sudah kondisi capek karena aktivitas sebelumnya, dilanjutkan thowaf ifadhah, sudah pasti capek sekali,” kata Arsyad.

Arsyad pun meminta agar jemaah haji Indonesia untuk menyelesaikan prosesi di Mina sampai tanggal 11, 12 atau 13 Zulhijah. “Baru setelah kondisi fisik kuat bisa melanjutkan thowaf ifadhah,” papar Arsyad (den)

MIXADVERT JASAPRO