JagatBisnis.com – Dalam langkah penting menuju dekarbonisasi di kawasan Asia, negara-negara anggota ASEAN Zero Emission Community (AZEC) resmi menyepakati pendirian AZEC Center. Pusat ini diharapkan menjadi motor penggerak untuk mempercepat transisi energi di tingkat regional, menghubungkan berbagai negara dalam upaya kolaboratif untuk menciptakan solusi energi berkelanjutan.
Peluncuran AZEC Center diselenggarakan oleh Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) di Jakarta pada Rabu (21/8). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto, dalam sambutannya, menekankan pentingnya peran AZEC Center dalam mendukung visi jangka panjang dekarbonisasi.
“Kami secara resmi meluncurkan AZEC Center yang diselenggarakan oleh Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) di Jakarta. Saya berharap AZEC Center akan memberikan dukungan yang tak ternilai dalam mengembangkan visi, peta jalan, dan kebijakan untuk memandu dekarbonisasi kita,” ujar Airlangga.
ERIA: Pusat Pemikiran untuk Transisi Energi
Sebagai lembaga think tank global yang dihormati, ERIA akan memimpin upaya ini dengan fokus pada tiga sektor utama: energi, transportasi, dan manufaktur. Ketiga sektor ini dipilih karena memiliki dampak terbesar terhadap emisi karbon dan sekaligus menawarkan peluang besar untuk pengembangan teknologi hijau.
AZEC Center tidak hanya akan berfungsi sebagai pusat riset dan kebijakan, tetapi juga sebagai platform untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan proyek-proyek energi bersih di kawasan Asia. Dalam forum bilateral antara AZEC Indonesia-Japan Joint Task Force Steering Committee dan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, Saito Ken, serta Ketua Dewan Direksi Japan Bank of International Cooperation (JBIC), Tadashi Maeda, tiga kategori proyek telah disepakati untuk dilaksanakan.
Tiga Kategori Proyek Transisi Energi
Kategori pertama mencakup proyek-proyek komersial yang sudah siap untuk dilaksanakan, seperti Proyek Panas Bumi Muara Laboh dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka. Proyek-proyek ini menunjukkan kesiapan teknologi dan sumber daya yang dapat segera diimplementasikan untuk mengurangi emisi di kawasan.
Kategori kedua mencakup proyek-proyek potensial yang sudah siap dikomersialkan, tetapi masih dalam tahap studi kelayakan. Contoh dari proyek ini adalah proyek pengelolaan lahan gambut dan proyek jaringan transmisi Jawa-Sumatera. Meski masih dalam tahap studi, proyek-proyek ini memiliki potensi besar untuk mendorong transisi energi di masa depan.
Kategori ketiga, yang mencakup sekitar 74 Memorandum of Understanding (MoU) dan inisiatif, masih perlu diidentifikasi dan dipelajari lebih lanjut. Potensi investasi dari proyek-proyek ini akan dievaluasi untuk kemudian ditingkatkan ke kategori II dan I, sehingga mempercepat proses komersialisasi dan implementasi.
Kolaborasi Regional untuk Masa Depan Energi Bersih
Dengan anggota yang terdiri dari Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Kamboja, Laos, Brunei, dan Australia, AZEC Center berpotensi menjadi model bagi kerjasama regional dalam menghadapi tantangan energi global. Melalui AZEC Center, negara-negara anggota diharapkan dapat memperkuat posisi mereka dalam mengembangkan solusi energi bersih, serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
AZEC Center adalah bukti nyata bahwa kolaborasi regional dapat menghasilkan inisiatif yang konkret dan berkelanjutan. Kehadirannya tidak hanya akan mendukung transisi energi di kawasan Asia, tetapi juga memberikan contoh bagi dunia tentang bagaimana negara-negara dengan berbagai latar belakang dapat bersatu untuk masa depan yang lebih hijau. (Mhd)