JagatBisnis.com – Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Malaysia mencatat kenaikan tipis ke level sekitar MYR 3.980 per ton pada Kamis (26/6). Ini menjadi penguatan pertama dalam tiga sesi terakhir, didorong oleh sentimen eksternal yang relatif positif.
Penguatan harga CPO kali ini sejalan dengan kenaikan harga minyak kedelai dan minyak mentah dunia. Faktor geopolitik juga berperan, dengan masih berlakunya gencatan senjata antara Israel dan Iran yang meredakan kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan energi global.
Brasil Tambah Campuran Biodiesel, Dorong Permintaan CPO
Kabar positif juga datang dari Brasil yang menyetujui peningkatan campuran biodiesel dalam solar menjadi 15% dari sebelumnya 14% mulai 1 Agustus 2025. Keputusan ini membuka peluang peningkatan permintaan terhadap minyak nabati, termasuk kelapa sawit, sebagai bahan baku biofuel.
Langkah ini dinilai pasar sebagai sinyal kuat bahwa negara-negara besar mulai mempercepat transisi energi, yang berpotensi menguntungkan komoditas berbasis nabati seperti CPO dalam jangka menengah hingga panjang.
Ekspor Meningkat, Tapi Harga Mingguan Masih Melemah
Dari sisi ekspor, surveyor kargo memperkirakan pengiriman CPO Malaysia untuk periode 1–25 Juni meningkat sebesar 6,6%–6,8% dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya. Hal ini menjadi katalis positif tambahan yang mendukung harga.
Namun demikian, secara mingguan, harga CPO masih menunjukkan tren pelemahan. Sepanjang pekan ini, harga CPO turun sekitar 3,5%, menjadi penurunan mingguan pertama dalam lima minggu terakhir. Koreksi ini terutama disebabkan kekhawatiran atas melemahnya permintaan minyak nabati dari India dalam waktu dekat.
Bea Ekspor Dipangkas, Dukungan Tambahan untuk Harga
Dalam perkembangan lain, Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) mengumumkan pemangkasan harga acuan CPO untuk Juli dan menurunkan tarif bea ekspor menjadi 8,5%. Kebijakan ini berpotensi meningkatkan daya saing ekspor Malaysia di tengah persaingan ketat dengan produsen lain seperti Indonesia. (hky)