JagatBisnis.com – Pada hari ulang tahun ke-18nya, Putri Leonor, pewaris takhta Spanyol, menghadiri upacara pengucapan sumpah di parlemen Madrid, menandai langkah menuju takhtanya sebagai ratu potensial. Namun, upacara ini tidak tanpa kontroversi, dengan penolakan dari beberapa pihak.
Dalam upacara yang dihadiri oleh sebagian besar menteri kabinet dan pemimpin daerah, Putri Leonor bersumpah untuk menegakkan hukum, menghormati hak-hak warga negara, dan setia kepada raja. Ia juga telah memulai pelatihan militer selama tiga tahun, persiapan untuk perannya sebagai kepala negara.
Meskipun momen ini penting dalam sejarah Spanyol, ada beberapa penolakan terhadap monarki. Penjabat menteri kesetaraan, hak-hak sosial, dan urusan konsumen tidak menghadiri upacara, menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap sistem monarki yang dianggap tidak demokratis. Demikian pula, anggota parlemen yang mendukung kemerdekaan Catalonia, Basque Country, dan Galicia juga absen.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa 51,6% warga Spanyol ingin negara mereka menjadi republik, sementara 34,6% mendukung monarki. Posisi publik tampaknya berubah sejak jajak pendapat sebelumnya pada tahun sebelumnya yang menunjukkan mayoritas mendukung kerajaan.
Penobatan Putri Leonor juga menciptakan perbandingan dengan ayahnya, Raja Felipe VI, yang mulai berkuasa setelah ayahnya yang kontroversial, Juan Carlos I, turun tahta. Juan Carlos telah meninggalkan Spanyol pada tahun 2020 dalam pengusutan dugaan penyimpangan keuangan terkait bisnis di Arab Saudi.
Dalam langkah-langkah menuju menjadi ratu, Putri Leonor akan mengikuti jejak ayahnya dengan menjalani pelatihan angkatan laut dan udara di akademi militer. Ia berkomitmen untuk mengambil peran ini dengan serius dan telah memulai pendidikan bahasa Mandarin, menunjukkan persiapan yang matang untuk masa depannya.
(tia)
