Dampak El Nino, Pasokan Beras Terus Distabilkan

JagatBisnis.com –   Cadangan pangan merupakan kunci untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan di tengah ancaman kekeringan akibat El Nino. Untuk itu, Perum Bulog mengantisipasi mundurnya panen di dalam negeri akibat El Nino. Antisipasi tersebut penting untuk memastikan pemenuhan kebutuhan beras nasional.

Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita menjelaskan, selain akibat El Nino, kondisi pangan di pasar global turut mempengaruhi cadangan beras pemerintah yang dikelolanya. Apalagi, stok beras dunia pada akhir tahun 2023 ini diprediksi akan menurun menjadi 171,8 juta ton, lebih rendah 2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

“Di sisi lain, ada pembatasan bahkan penutupan keran ekspor beras oleh negara produsen dunia, seperti dilakukan India. Sehingga peluang impor beras,” kata Febby dalam diskusi bertema “Antisipasi Krisis Pangan di Tengah Acaman El Nino, secara daring, Selasa (31/10/2023).

Dia menjelaskan, saat ini kata pihaknya mengelola CBP sebanyak 1,47 kita ton yang terdiri dari public service obligation (PSO) sebanyak 1,38 juta ton. Lalu, dari pengadaan luar negeri 1,3 juta ton dan dalam negeri 79.627 ton. Sedangan, kegiatan komersial 87.700 ton.

Baca Juga :   Kedelai Murah Disediakan untuk Perajin Tahu Tempe

“Untuk menjaga stabilisasi harga beras, kami sudah menggelontorkan beras sebanyak 877.142 ton sampai Oktober. Satu tahapan bantuan pangan, kami menyalurkan 411.000 ton. Jika nanti sampai Desember diperkirakan bantuan pangan mencapai 1,2 juta ton. Diharapkan, bantuan tersebut meredam harga beras di pasar,” tegasnya.

Dia mengungkapkan, pihaknya mendapat kuota penugasan impor beras sebanyak 1,5 juta ton tahun ini. Setelah sebelumnya menugaskan mengimpor 500.000 ton di akhir tahun 2022, yang realisasinya dilanjutkan ke tahun 2023. Maka, pihaknya menargetkan bisa merealisasikan impor sebanyak 2 juta ton sampai akhir tahun 2023.

“Saat ini kami sudah secure stoknya. Ada sekitar 1,4 juta ton. Sebenarnya, ditargetkan sebanyak 1,5 juta ton. Saat ini masuk terus beras dari luar negeri untuk pemenuhan stok minimal CBP,” imbuh Febby.

Baca Juga :   Mie Sagu Dukung Diversifikasi Pangan

Pada kesempatan yang sama, Direktur Irigasi Pertanian Direktorat Saranan Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Rahmanto, El Nino tahun ini Sebenarnya tidak begitu signifikan. Namun akibat kekeringan panjang berdampak waktu tanam padi menjadi mundur. Biasanya musim tanam Oktober, karena belum hujan tanam mejadi mundur.

“Kalau tanam mundur berdampak pada panen tahun depan. Ini yang dikhawatirkan tahun depan, Januari, Februari mengalami penurunan produksi,” ungkap Rahmanto.

Dia memaparkan, untuk meningkatkan produksi beras nasional, pihaknya juga melakukan dua strategi. Yaitu, meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi dan perluasan areal tanam. Saat ini IP lahan sawan irigasi rata-rata baru 1,68. Artinya belum sampai IP 2, kecuali lahan sawah di Bekasi, Karawang dan Indramayu.

Baca Juga :   Penyaluran Beras Bulog dengan Cara Ketuk Pintu

“Kalau kita tingkatakn IP jadi 1,92 atau penambahan luas tanam 1.076.125 ha akan menyumbang produksi sebanyak 3,2 juta ton. Jadi target peningkatan produksi bisa dengan mudah tercapai,” terangnya.

Sedangkan, lanjutnya, untuk sawah non irigasi yang luasnya mencapai 3 juta ha, saat ini rata-rata IP-nya hanya 1. Jika bisa dinaikkan IP menjadi 1,3, maka akan meningakaan luas tanam menjadi 900 ribu ha atau luas panen 858.711 ha dengan tambahan produksi sebanyak 1,34 juta ton beras.

“Langkah lainnya adalah optimalisasi lahan rawa 1 juta ha. Dari lahan tersebut ada potensi penambahan produksi sebanyak 3,1 juta ton. Selain itu optimalisasi lahan tadah hujan seperti lahan perkebunan, Perhutani dan tegalan masyarakat yang luasnya mencapai 7,6 juta ha. Jika bisa dioptimalkan 1 juta ha, maka akan menyumbang 2,9 juta ton,” tutupnya. (eva)

MIXADVERT JASAPRO