JagatBisnis.com – Konflik antara Palestina dan Israel, yang telah berlangsung selama puluhan tahun, terus menunjukkan tanda-tanda eskalasi baru-baru ini. Kelompok militan Palestina, Hamas, menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, yang kemudian diikuti oleh pengeboman dan blokade total Jalur Gaza oleh Israel. Upaya Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, untuk mencapai gencatan senjata atau jeda kemanusiaan belum berhasil membawa kedua pihak ke akhir konflik.
Antonio Guterres telah menyuarakan keprihatinannya dan melakukan kunjungan ke perbatasan Mesir dengan Gaza, yakni di Rafah, untuk memantau situasi penyaluran bantuan yang terhambat. Keberhasilan bantuan kemanusiaan menjadi penting saat Gaza menghadapi krisis listrik dan air bersih akibat kekurangan bahan bakar.
Negara-negara telah berupaya melalui diplomasi untuk mengesahkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan. Namun, beberapa usaha seperti yang dilakukan Brasil baru-baru ini gagal karena penggunaan hak veto oleh Amerika Serikat, yang merupakan sekutu Israel. Tindakan ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk Rusia dan Cina.
Koordinator Residen PBB untuk Indonesia, Valerie Julliand, menjelaskan bahwa PBB hanya dapat melakukan apa yang dimungkinkan oleh negara-negara anggotanya. Dalam situasi kritis seperti konflik Palestina-Israel, seringkali sulit bagi PBB untuk berintervensi, terutama karena ketidaksetujuan negara-negara anggota terkait resolusi di Dewan Keamanan.
Krisis berkepanjangan ini telah mengakibatkan ribuan warga Palestina tewas, dan jumlah korban terus bertambah. Serangan oleh Israel adalah tanggapan terhadap serangan Hamas pada bulan Oktober lalu, yang juga menimbulkan korban jiwa dan penyanderaan.
(tia)
