Penemuan 16 Sapi Impor Australia Positif Penyakit Kulit di Indonesia

Ilustrasi Sapi Foto Bisnis Bali

JagatBisnis.com –  Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian Indonesia baru-baru ini mengumumkan penemuan 16 ekor sapi impor dari Australia yang terinfeksi penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD). LSD merupakan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV), yang berasal dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.

Sapi-sapi ini dikirim dari empat fasilitas peternakan Australia yang kini ditangguhkan oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia telah melakukan pemotongan bersyarat terhadap sapi-sapi yang dinyatakan positif LSD untuk mencegah penularan lebih lanjut. Pemotongan dilakukan oleh Pejabat Karantina dengan pengawasan dari dokter hewan berwenang.

Pertambahan jumlah sapi impor yang positif LSD tercatat sebanyak 3 ekor dari periode pemasukan tanggal 27 Juli hingga 12 Agustus 2023 melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Sebelumnya, pada tanggal 12 Juli 2023, telah ditemukan 13 ekor sapi positif terjangkit LSD. Dengan demikian, total sapi impor dari Australia yang positif LSD dari periode 25 Mei hingga 14 Agustus 2023 menjadi 16 ekor.

Baca Juga :   Selamat, Anthony Albanese Jabat PM Australia

Pemerintah Indonesia telah mengambil tindakan untuk menangguhkan empat premisis peternakan Australia yang terlibat dan mengatur perlakuan khusus terhadap sapi-sapi yang sudah berada di atas kapal menuju Indonesia. Tindakan pemeriksaan dan sampling lebih ketat dari biasanya diterapkan sesuai kaidah epidemiologi veteriner. Barantan juga melakukan pemeriksaan laboratorium lebih intensif terhadap sapi yang menunjukkan gejala klinis penyakit LSD.

Baca Juga :   Tenaga Kerja Indonesia Disiapkan sesuai Kebutuhan Pasar

Dampak dari penemuan penyakit LSD pada sapi di Indonesia cukup signifikan, terutama bagi peternak sapi. Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Nanang Purus Subendro, menyatakan bahwa penyakit LSD telah menyebabkan harga sapi anjlok hingga 30 persen. Selain itu, sapi yang terinfeksi LSD juga mengalami penurunan nafsu makan dan produksi daging, yang berujung pada penurunan harga jual hingga 30 persen.

Baca Juga :   Indonesia Akan Hadapi Bonus Demografi pada 2030

Penemuan penyakit pada sapi impor ini memiliki dampak ekonomi yang serius bagi peternak dan industri sapi di Indonesia. Situasi ini juga menuntut tindakan pencegahan dan karantina yang lebih ketat guna mengendalikan penyebaran penyakit dan melindungi populasi sapi di negara tersebut. (tia)

MIXADVERT JASAPRO