Perang Rusia-Ukraina Bikin Korsel dan Iran Dapat ‘Berkah’

Perang Rusia-Ukraina Foto: CNBC Indonesia

JagatBisnis.com –   Perang antara Rusia dan Ukraina yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun memicu dorongan internasional untuk meningkatkan pertahanan dan persenjataannya. Di tengah korban jiwa dan kerugian akibat perang, ada beberapa yang mendapat ‘berkah’ dari pertumpahan darah itu.

Perang Rusia-Ukraina memicu beberapa negara untuk meningkatkan produksi rudal, tank, peluru artileri, dan persenjataan lainnya. Negara lain pun ikut menyokong persenjataan perang. Amerika Serikat dan sekutunya yang dikenal memiliki sistem persenjataan canggih terus memberikan sokongan kepada Ukraina.

Meskipun sekutu berpengalaman memimpin upaya global mempersenjatai perang di banyak negara termasuk Ukraina dan mampu memproduksi sendiri persenjataannya namun ternyata masih membutuhkan bantuan negara lain. Negara yang mendapat ‘berkah’ pesanan persenjataan dari sekutu itu adalah Korea Selatan.

Walaupun tidak secara langsung mempersenjatai Ukraina, Korea Selatan memimpin produksi dan ekspor senjata. Korea Selatan telah menolak untuk berpartisipasi dalam transfer senjata ke negara yang dilanda perang secara langsung. Namun, laporan media mengindikasikan bahwa raksasa pertahanan Asia itu menjual amunisi ke AS, yang pada akhirnya akan dikirim ke Ukraina.

Baca Juga :   Serangan Rusia Hancurkan 45 Ribu Ton Amunisi NATO di Ukraina

Mengutip EurAsian Times, Seoul telah mempertahankan sikap waspada untuk tidak membuat marah Moskow, yang diyakini akan memperpanas hubungan dengan tetangganya Korea Utara.

The New York Times melaporkan bahwa ekspor senjata Korea Selatan naik 140 persen ke rekor US$17,3 miliar pada tahun 2022. Volume ekspor pertahanan ini termasuk kesepakatan senilai US$12,4 miliar untuk penjualan ke Polandia.

Laporan tersebut lebih lanjut menyatakan bahwa Korea Selatan telah berhasil mempertahankan rantai pasokan militer domestik yang kuat untuk memenuhi permintaan dari angkatan bersenjatanya dan untuk bertahan melawan Korea Utara. Ini berbeda dengan Amerika dan negara-negara Eropa yang mengurangi militernya dan fasilitas produksi senjata mereka pada akhir Perang Dingin.

Menurut Stockholm International Peace Research Institute, Korea Selatan mengalami pertumbuhan tertinggi di antara 25 pengekspor senjata global teratas dari 2017 hingga 2021, berada di urutan 8 dengan pangsa pasar 2,8%. Kontraktor pertahanan terbesar di Korea Selatan, Hanwha Aerospace, lebih sibuk dari sebelumnya dan berniat melipatgandakan kapasitas produksinya pada akhir tahun.

Sejak invasi Rusia, masalah produksi yang serius untuk peluncur roket dan senjata lainnya telah mengganggu pemasok senjata seperti Amerika Serikat. Sulit bagi Jerman dan negara-negara Eropa penghasil senjata besar lainnya mendapatkan cukup tank untuk dikirim ke Ukraina.

Baca Juga :   Ukraina Kerap Berikan Laporan Berbeda soal Rusia

Di sinilah produksi senjata Korea Selatan yang berkembang pesat mulai menjadi pusat perhatian global. Korea Selatan menjadi alternatif yang menggiurkan ketika negara-negara di Eropa Timur berlomba untuk melengkapi dan memodernisasi pasukan mereka setelah mengirimkan senjata era Soviet mereka ke Ukraina.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah berjanji untuk menjadikan negaranya pengekspor senjata terbesar keempat pada 2027, setelah AS, Rusia, dan Prancis. Menurut laporan, kapasitas industri pertahanan Korea Selatan untuk membuat berbagai senjata militer yang disesuaikan dengan kesulitan keamanan spesifik yang dihadapi oleh setiap pembeli potensial telah mendorong peningkatan ekspor produk pertahanan negara tersebut.

Cerdiknya, Korea Selatan secara tidak langsung mendukung Ukraina tanpa menyulut penghinaan terhadap Rusia. Yang Uk, seorang ahli senjata di Asan Institute for Policy Studies di Seoul, mengatakan kepada The New York Times, “Senjata Korea Selatan dapat berakhir di Ukraina melalui negara lain. Ada keraguan seberapa keras Korea Selatan akan menegakkan kontrol ekspornya dalam kasus seperti itu.”

Baca Juga :   Gempur Ukraina Lewat Darat, Pasukan Terjun Payung Rusia Diturunkan di Kharkiv

Korea Selatan sudah mencatat kerja sama memproduksi beberapa senjata yang kompatibel dengan senjata NATO yang dikirim ke Ukraina. Menurut laporan, Hanwha ingin membantu NATO mempersenjatai diri dengan senjata yang tidak lagi diproduksi atau tidak dapat disuplai dengan cepat oleh AS dengan berbagi inovasinya dalam artileri dan kendaraan lapis baja.

Selain pelanggan Ukraina dan Eropa, industri pertahanan Korea Selatan juga mengamankan penjualan militer ke negara-negara di Timur Tengah. Misalnya, kesepakatan ditandatangani dengan Uni Emirat Arab untuk mengekspor sistem rudal permukaan-ke-udara (M-SAM) jarak menengah Cheongung II. Kesepakatan itu, bernilai sekitar US$3,5 miliar, merupakan kesepakatan ekspor senjata terbesar yang pernah ada dalam sejarah negara itu.

Dengan latar belakang itu, dengan industri senjata AS dan Rusia yang sudah meregang dan disibukkan dengan perang, Seoul telah menemukan peluang tersembunyi. Perang Ukraina memacu ekspor pertahanan Korea Selatan, meski tidak mengirimkan konsinyasi senjata secara lansung ke Kiev (tia)

MIXADVERT JASAPRO