Truk ODOL Sering Jadi Penyebab Kecelakaan, Ini Solusinya

JagatBisnis.com –  Kecelakaan maut karena truk berulang kali terjadi selama 2022. Rata-rata, kecelakaan tersebut diakibatkan truk yang kelebihan muatan (over dimension over loading/ ODOL). Karena faktanya, fenomena truk ODOL ini sangat sulit diatasi. Karena itu, Kepala Pusat Kebijakan Sarana Transportasi Gunung Hutapea meminta pemerintah untuk mengembangkan sistem transportasi terintegrasi dengan kawasan industri. Sehingga tidak hanya bergantung pada truk sebagai kendaraan logistik.

“Pemerintah perlu mengembangkan sistem terintegrasi. Seperti menggunakan kapal tongkang dan kereta api untuk kelancaran angkutan logistik keluar dan menuju Pelabuhan laut maupun Pelabuhan daratan (Dry Port). Serta kolaborasi antar pelabuhan seperti Pelabuhan Patimban dengan Pelabuhan Tanjung Priok untuk mendukung kegiatan logistik di Indonesia,” kata Gunung Hutapea dilansir dari laman Baketrans Dephub, Senin (2/1/2022).

Memurut dia, itu artinya, diperlukan waktu yang pendek untuk dapat menjangkau jalan masuk ke dry port dari halaman pelabuhan laut menuju kapal. Ini bertujuan agar tidak menyebabkan kepadatan di halaman pelabuhan.

Baca Juga :   Korlantas dan Kemenhub Diminta Tegas Tindak Truk ODOL

“Melalui pembangunan dry port diharapkan dapat mendukung aktifitas di pelabuhan laut yang memiliki tingkat Beuth Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat penggunaan dermaga dan tingkat Yard Occupancy Ratio (YOR) atau tingkat penggunaan lapangan peti kemas yang tinggi. Sehingga mengurangi kemacetan di pelabuhan dan mempercepat waktu untuk melakukan aktifitas bongkar muat,” ujar Gunung.

Baca Juga :   Butuh Waktu untuk Migrasi Angkutan Barang ke Jalur Kereta Api

Sementara itu, Peneliti HAN University, Erik van Zanten manambahkan, truk tak selamanya jadi angkutan satu-satunya pengangkut barang atau logistik. Karena tugas tersebut bisa dilakukan dengan moda transportasi lain.

“Penggunaan angkutan multimoda yakni tongkang dan kereta api dapat mengurangi emisi gas buang yang ditimbulkan, dibandingkan jika hanya menggunakan angkutan darat terutama kendaraan truk,” ucap Van Zanten.

Baca Juga :   Cara Mudah Hentikan Praktik ODOL di Angkutan Umum

Selain penyebab kecelakaan lalu lintas, Van Zanten juga mengungkapkan, truk juga menjadi penyumbang polusi yang tinggi karena gas buang yang diciptakan cukup besar. Untuk itu, dibutuhkan solusi yang lebih konkret agar aktivitas logistik tetap berjalan normal, sekaligus lingkungan tetap terjaga.

“Truk yang dioperasikan di jalan perkotaan menghasilkan 195 gCO2/tkm (gram CO2 per ton kilometer travelled). Apabila menggunakan kapal tongkang (Barge) hanya menghasilkan 31,6 gCO2/tkm. Sementara itu, untuk kereta api menghasilkan lebih sedikit polusi, yaitu 24 gCO2/tkm,” tutup Van Zenten. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO