JagatBisnis.com – Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, mengeluarkan peringatan tentang ketegangan yang terjadi di Provinsi Kosovo, menyebutnya sebagai kondisi terburuk yang dialami negara itu dalam hampir seperempat abad. Vucic menuduh negara-negara Barat tidak memberikan bantuan atas serangan terhadap warga Serbia yang dilakukan oleh kelompok etnis Albania di Kosovo.
Vucic menggambarkan situasi di Kosovo saat ini sangat kompleks, dengan warga etnis Serbia menjadi sasaran penyerangan. Dia berjanji untuk melakukan yang terbaik dalam menciptakan perdamaian, namun juga memperingatkan bahwa Serbia tidak akan membiarkan kekerasan berlanjut dan membahayakan nyawa warga Serbia.
Presiden Serbia menuntut pembebasan warga Serbia yang ditahan secara tidak sah oleh otoritas di Pristina. Dia juga meminta penarikan pasukan khusus yang ditempatkan oleh Pristina di utara Kosovo yang mayoritas dihuni oleh etnis Serbia. Vucic mendesak Perdana Menteri Kosovo, Albin Kurti, untuk mencabut pelantikan beberapa Wali Kota yang dianggap oleh masyarakat Serbia sebagai hasil pemilihan palsu di beberapa kotamadya.
Serbia menolak usulan Uni Eropa untuk mengadakan pertemuan antara Vucic dan Perdana Menteri Kurti. Vucic menjelaskan bahwa negaranya sudah membuat terlalu banyak konsesi dan saat ini belum siap untuk berdiskusi lebih lanjut.
Vucic mengkritik negara-negara Barat yang, menurutnya, tidak pernah serius menganggap permasalahan di Serbia dan lebih memilih mendukung pemerintahan di Kosovo. Pada tanggal 13 Juni 2023, Vucic menuduh otoritas Kosovo sedang mencoba memprovokasi perang setelah provinsi tersebut menutup semua pintu perbatasan bagi kendaraan dari Serbia dan menahan beberapa tokoh berpengaruh dari Serbia. Kosovo dulunya merupakan provinsi di Serbia, tetapi kemudian memisahkan diri.
(tia)