JagatBisnis.com – Protes dan boikot yang mendunia atas jaringan restoran cepat saji Amerika Serikat, McDonald’s terus berlanjut. Sehingga berimbas pada keuangan perusahaan dan mitra pengelola waralaba di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan, dari laporan sejumlah media internasional per akhir Oktober, penjualannya terpangkas selama dua kuartal berturut-turut. Terparah, sejak krisis Covid 2020.
Di Indonesia, gerakan boikot ini turut berdampak pada Rekso Group, pemilik lisensi McDonald’s Indonesia dan produsen minuman ikonik, seperti Teh Botol Sosro. Beberapa gerai restoran tersebut di Indonesia dilaporkan tutup akibat penurunan penjualan. Penurunan kinerja ini juga memengaruhi langkah strategis group perusahaan itu, termasuk keputusan untuk menggabungkan dua anak usahanya, PT Sinar Sosro dan PT Sinar Sosro Gunung Slamat.
Menurut laporan Agrifood.id (17/10/2024), merger ini direncanakan rampung setelah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 15 November 2024. Seluruh aset dan liabilitas Sinar Sosro akan dialihkan ke Sinar Sosro Gunung Slamat dan Sinar Sosro akan bubar tanpa likuidasi.
“Namun, langkah ini menimbulkan pertanyaan tentang nasib karyawan kedua perusahaan. Laporan hanya menyebutkan, karyawan diberi opsi untuk bergabung dengan entitas baru atau menerima hak sesuai peraturan yang berlaku,” ungkap laporan tersebut dikutip Kamis (28/11/2024).
Sejauh ini, belum ada tanggapan resmi dari serikat pekerja maupun Rekso Group terkait dampak boikot global terhadap bisnis mereka. Namun, situasi ini mencerminkan pengaruh besar gerakan protes terhadap perusahaan multinasional dan mitra bisnis lokalnya. (eva)