Tabrakan Kereta Api di Cicalengka, Perbedaan Sinyal Blok Mekanik dan Elektrik Diduga Jadi Penyebab

ilustrasi Kecelakaan Kereta Foto: Sapanusa

JagatBisnis.com –  Tabrakan antara dua kereta api, yakni KA Turangga dan KA Commuterline, terjadi di KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka, Kabupaten Bandung, pada Jumat (5/1). Kecelakaan ini menewaskan empat orang, terdiri dari masinis, asisten masinis, pramugara, dan petugas PAM di Stasiun Cimekar.

Hingga kini, penyebab tabrakan masih diinvestigasi pihak terkait. Namun, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno, mengungkapkan bahwa perbedaan sistem sinyal di Stasiun Cicalengka dan Stasiun Haurpugur diduga menjadi salah satu penyebab kecelakaan tersebut.

“Di tengah tingginya perjalanan KA di lokasi ini, sistem persinyalan di Stasiun Cicalengka dan Stasiun Haurpugur rupanya berbeda. Sinyal di Stasiun Cicalengka masih menggunakan sinyal blok mekanik, sedangkan sinyal di Stasiun Haurpugur berupa sinyal elektrik,” beber Djoko dalam keterangannya.

Baca Juga :   Jangan Lempar Batu Apalagi Tembak Senapan Angin ke KRL, Bisa Disanksi 15 Tahun

Perbedaan model persinyalan ini akan membedakan cara pengoperasiannya. Makanya, petugas pengatur perjalanan KA (PPKA) akan mengatur perjalanan KA di dua stasiun ini harus memiliki keterampilan mengoperasikan persinyalan yang berbeda ini.

Di jalur rel tunggal, sinyal menandakan kereta boleh atau tidak boleh melintas setelah dipastikan bahwa petak jalan yang akan dilintasi kereta itu dirasa aman. Karena jalur tunggal akan digunakan bergantian perjalanan kereta api dengan dua arah yang berbeda.

“Oleh sebab itu, PPKA harus memastikan bahwa tidak ada KA lain di petak jalan itu sebelum memberikan sinyal aman bagi KA yang akan melintas,” kata Djoko.

Baca Juga :   18 Orang Tewas Akibat Musibah Bus dan Truk Tabrakan

Selain masalah sinyal, Djoko juga menyoroti pembangunan jalur ganda yang hingga kini belum rampung. Pembangunan jalur ganda ini ditargetkan rampung tahun 2024, sehingga sekarang pengerjaan jalur ganda belum rampung.

“Pengerjaan proyek ini dilakukan tahun jamak (multi year). Sayangnya, belum usai proyek ini terwujud, rute Haurpugur-Cicalengka telah menelan jatuhnya korban akibat tabrakan antar KA,” katanya.

Menurut Djoko, kepatuhan menjalankan aturan dan prosedur menjalankan keselamatan perjalanan kereta api menjadi faktor lebih penting menentukan untuk menghindari kecelakaan yang fatal. Masalah rel tunggal (single track) dan rel ganda (double track) tidak ada masalah sepanjang diikuti prosedur yang sudah ada.

Baca Juga :   Mulai 28 Mei, Rute Perjalanan KRL Lintas Bogor Berubah

“Pada kejadian tabrakan tersebut, jalur kereta api masih tunggal (single track), sehingga perjalanan kereta api dua arah harus berjalan bergantian. Hal ini tentu meningkatkan risiko kecelakaan,” katanya.

Djoko berharap, peristiwa tabrakan ini menjadi pengingat semua pihak untuk meningkatkan manajemen keselamatan perkeretaapian di Indonesia.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keselamatan perkeretaapian di Indonesia, antara lain:

  • Mempercepat pembangunan jalur ganda di lintasan yang ramai.
  • Meningkatkan standarisasi sistem persinyalan dan telekomunikasi.
  • Meningkatkan pelatihan dan kompetensi petugas perkeretaapian.
  • Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran aturan keselamatan perkeretaapian. (tia)
MIXADVERT JASAPRO