Masyarakat Prancis Keluhkan Danone Rusak Ekosistem Lingkungan

JagatBisnis.comNama perusahaan multinasional asal Prancis, Danone dan perusahaan multinasional lainnya, kini banyak dikecam di seluruh dunia. Dampaknya, citra global Danone rusak. Selain karena aktif mendukung rezim apartheid Israel yang hingga kini melakukan genosida terhadap penduduk sipil Palestina di Jalur Gaza. Di Prancis sendiri citra Danone juga tak kalah buruknya karena dituding menjadi dalang utama perusak ekosistem lingkungan. Kekhawatiran dan protes terus muncul di kalangan warga.

Pemilik peternakan ikan Saint-Genest l’Enfant di Prancis, Edouard de Féligonde mengatakan, di negaranya perusahaan ini dituding sebagai penyebab krisis air yang mengguncang kawasan Auvergne, Prancis tengah. Masyarakat lokal marah karena gara-gara perusahaan tersebut, mereka terpaksa menghadapi pembatasan penggunaan air untuk kebutuhan usaha dan kebutuhan sehari-hari.

“Sejak grup Danone mengambil alih perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) Société des Eaux de Volvic pada 1993 lalu, penyedotan air tanah telah meningkat empat kali lipat,” kata Edouard de Féligonde, dikutip dari Euronews, Sabtu (11/11/2023).

Baca Juga :   Danone-AQUA dan Pemkab Lamongan Resmikan TPST Terbesar di Jawa Timur

Menurut dia, yang terjadi di wilayah saat ini bukan kekeringan biasa, tapi kekeringan yang berpengaruh hingga ke sumber daya untuk usahanya. Padahal, dulu aliran sungai ke peternakan ikan mengalir lancar. Kini, nyaris mengering dan kolam-kolam ikan kosong. Hanya ada beberapa yang diisi dengan air stagnan untuk mencegah erosi dasar kolam.

“Kini bisnisnya kian terpuruk sejak perusahaan air tersebut yang sumber penyedotan mata airnya berdekatan dengan propertinya, telah menyebabkan susutnya air tanah. Padahal, selama ini, saya merasa bangga memiliki peternakan ikan ini karena dibangun oleh leluhurnya pada abad ke-17 di jantung Auvergne. Apalagi, peternakan ini merupakan peternakan ikan tertua di Eropa. Namun, kebanggaannya itu kini berubah menjadi kepahitan,” ujar Edouard de Féligonde.

Baca Juga :   Gerakan Bijak Berplastik Turunkan 14 Persen Volume Sampah di TPA

Pada kesempatan yang sama, pengusaha bir Jeff, menegaskan, dengan adanya pembatasan penggunaan air, bisnisnya jelas berisiko merugi. Karena usahanya sama seperti pengusaha lainnya yang menggunakan jaringan mata air di kawasan itu. Sehingga pihaknya terpaksa harus memangkas penggunaan air sampai 25 persen.

“Pemangkasan itu mengancam bisnisnya. Apalagi, sejak lima tahun lalu saya sudah mengurangi penggunaan air lebih dari sepertiga kebutuhannya karena alasan lingkungan. Saya mengetahui volume pemompaan air Danone tidak dikontrol. Mentalitas mereka adalah menguras air tanah untuk melayani konsumen di belahan lain dunia,” terang Jeff

Baca Juga :   JK: Boikot Produk Israel Tak Mempan, Diplomasi Internasional Harus Ditingkatkan

Sementara itu, pihak Danone membantah, jika operasi bisnis AMDK ini telah mengurangi debit air tanah di wilayah itu. Bantahan ini juga didukung oleh dinas terkait yang menduga krisis air yang terjadi karena adanya perubahan iklim. Pihaknya tetap bersikeras dan tidak mau bertanggung jawab atas krisis air.

Namun, alasan itu dimentahkan oleh penggiat lingkungan dan masyarakat setempat yang juga terkena imbas kekeringan dan dampaknya berupa aturan pembatasan air.

Ahli geologi dari asosiasi perlindungan lingkungan PREVA, François-Dominique de Larouzière mengaku, meragukan alasan penurunan debit air disebabkan oleh pemanasan global.

Ahli Hydrobiologi dari PREVA Christian Amblard menekankan, adanya konsekuensi ekologis yang mengkhawatirkan. Karena ini adalah awal dari berubahnya area ini menjadi gurun. (eva)

MIXADVERT JASAPRO