Peran MPSAI Bantu Cegah Wasting dan Stunting

JagatBisnis.com – Indonesia yang sedang berupaya untuk semakin maju dan keluar dari label negara berkembang, masih belum bisa melepaskan diri dari masalah malnutrisi, seperti stunting, wasting, underweight hingga obesitas. Maka, langkah pencegahan terjadinya kondisi malnutrisi dan obesitas menjadi sangat penting untuk menyelamatkan anak Indonesia. Salah satunya, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan. Karena MPASI dapat memantau berat badan dan tinggi badan anak, serta memasukkannya dalam kurva pertumbuhan.

Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), menjelaskan, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan merupakan salah satu program 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Program ini sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi seorang anak sejak dalam kandungan sampai berusia dua tahun. Karena periode ini paling penting dan krusial dalam perkembangan seorang anak hingga dewasa.

“Seorang anak belum akan mengalami kondisi wasting atau stunting pada usia 6 bulan pertama kehidupan karena kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan pemberian ASI. Namun, pada usia 6 bulan saat anak mulai dikenalkan dengan MPASI, seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat (10/11/2023).

Baca Juga :   Apakah Gigi Geraham Copot atau Dicabut Bisa Tumbuh Lagi? Ini Panjelasan Ahli

Menurut dia, sebaiknya sejak pemberian MPASI, ibu sudah mulai mengenalkan anak dengan beraneka ragam makanan dan rasa, karena akan mempengaruhi selera makan anak hingga dewasa nanti. Kandungan gizi MPASI yang baik harus mencukupi zat gizi makro dan mikro. MPASI harus memiliki kandungan karbohidrat, lemak dan protein, terutama protein hewani yang tinggi zat besi.

Baca Juga :   Waspada, Malas Sikat Gigi Bikin COVID-19 Mudah Berkembang Biak

“Zat besi adalah salah satu elemen kunci dalam optimalisasi periode 1.000 HPK, termasuk untuk pencegahan stunting. Apalagi, saat ini sebagai upaya untuk memudahkan dan memenuhi kebutuhan MPASI bayi, sudah banyak produk MPASI fortifikasi. MPASI fortifikasi adalah produk MPASI yang sudah diberikan penambahan nutrisi zat gizi makro dan mikro sesuai dengan rekomendasi dari CODEX milik FAO dan WHO,” terangnya.

Sebuah studi menyatakan, bayi yang mengonsumsi MPASI homemade menunjukkan kadar hemoglobin, serum feritin, dan zat besi serum yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan MPASI fortifikasi. Selain itu juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekurangan berat badan, stunting, dan wasting dibandingkan bayi dengan MPASI fortifikasi.

“Karena di Indonesia, MPASI fortifikasi dalam pengawasan ketat dari BPOM. Tapi, tidak diizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perisa serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi,” tegasnya.

Baca Juga :   Inilah Cara untuk Mengatasi Gangguan Lambung yang Efektif

Dia menerangkan, banyaknya fenomena ibu yang bekerja dan sulit memastikan pembuatan MPASI yang baik, membuat MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi. Salah satu keunggulan MPASI fortifikasi adalah memiliki kandungan vitamin dan mineral terutama besi yang sudah mencukupi kebutuhan bayi. Sehingga orang tua tidak perlu repot menghitung kandungan vitamin dan mineral dalam MPASI buatan rumah, karena sudah terjamin dipenuhi oleh MPASI fortifikasi.

“Bagi orang tua yang memiliki keterbatasan waktu dan khawatir dalam memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan mikro anak, MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan bagi si kecil,” tutupnya. (eva)

MIXADVERT JASAPRO