Jangan Salah Lagi, Ini Bedanya Fenomena El Nino Dan La Nina

JagatBisnis.com –  Sering kita mendengar penjelasan dari BMKG mengenai fenomena berupa El Nino dan La Nina yang menerpa wilayah pesisir pulau di Indonesia.

salah satu fenomena terkait Suhu Muka Laut (SML) yang terjadi di Samudera Pasifik. Fenomena El Nino ini mampu memicu dampak terhadap cuaca di wilayah yang terdampak.

Termasuk wilayah Indonesia yang tak jarang terdampak oleh El Nino.
Lantas apa yang dimaksud dengan El Nino? Apa dampak dan seperti apa proses terbentuknya El Nino? Dan apa bedanya El Nino dengan La Nina? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini:

Mengutip laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pengertian El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah sekitarnya, termasuk seperti di Indonesia.

Baca Juga :   La Nina Mengancam Indonesia, Stafsus Sri Mulyani: Kita Punya Kebijakan EBT Untuk Menghadapi Perubahan Iklim

BMKG mengklasifikasikan intensitas El Nino menjadi tiga kategori, yaitu El Nino lemah, moderat, dan kuat. El Nino lemah berkisar antara 0.5 hingga 1.0, El Nino moderat berkisar antara 1.0 hingga 2.0, sedangkan El Nino kuat dengan nilai lebih dari 2.0. Syarat untuk diidentifikasikan sebagai El Nino adalah nilai indeks Nino 3.4 masuk dalam kategori El Nino minimal konsisten selama 5 bulan berturut-turut.

Menurut BMKG, El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global. Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut. Sedangkan di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.

Baca Juga :   Waspada! Indonesia Akan Dilanda La Nina

Mengapa fenomena El Nino yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur dapat berdampak terhadap curah hujan di Indonesia? Hal ini disebabkan karena adanya Sirkulasi Walker yang berputar sejajar dengan garis khatulistiwa. Pada kondisi netral, Sirkulasi Walker di Indonesia berbentuk konvergen (naik), sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif pembentuk hujan.

Sedangkan saat terjadi El Nino, Sirkulasi Walker akan bergeser karena melemahnya angin pasat timuran sehingga di wilayah Indonesia Sirkulasi Walker akan berbentuk subsiden (turun) yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan konvektif berkurang, sehingga curah hujan cenderung berkurang.Kondisi geografis Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan, maka dampak dari El Nino juga bervariasi antar wilayah di Indonesia.

Baca Juga :   Hadapi Cuaca Panas El Nino, Pemerintah Jaga Stabilitas Pangan

Berbeda dengan El Nino, pengertian La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino. Ketika La Nina terjadi, Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.

Sementara dari segi dampaknya, jika El Nino dapat memicu datangnya musim kemarau, pendinginan SML dapat mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum. (den)

MIXADVERT JASAPRO