Banyak Babi Mati di Luwu Timur Akibat Virus ASF, Menularkah ke Manusia?

JagatBisnis.com –  Belum lama ini penemuan bangkai babi yang berserakan di saluran irigasi Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel) membuat geger jagat maya. Pihak terkait, langsung mengevakuasi dan mengubur bangkai babi tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan, babi tersebut mati karena terpapar virus African Swine Fever (ASF). Apa itu virus ASF yang bisa membuat puluhan babi tersebut mati?

Dikutip dari laman Departement of Agriculture, Environment and Rural Affairs, Senin , (15/5/2023). ASF adalah penyakit virus babi yang sangat menular. Dalam bentuk akut, penyakit ini umumnya mengakibatkan kematian yang tinggi. ASF, penyakit yang berbeda dengan flu babi. Virus tidak mempengaruhi manusia dan tidak berdampak pada kesehatan manusia.

Pada Januari 2022 lalu, serangan ASF menyebar ke seluruh Eropa yang melanda babi hutan di Italia. Ini adalah kasus ASF pertama yang dilaporkan di daratan Italia. Saat itu, wabah ASF juga telah terdeteksi untuk pertama kalinya di Makedonia Utara di halaman belakang dekat perbatasan Bulgaria. Empat kasus ASF kemudian terdeteksi pada babi domestik di Jerman sejak kasus domestik pertama dilaporkan pada Juli 2021 lalu.

Baca Juga :   Lolos dari African Swine Fever Singapura Siap Sambut Babi Dari Indonesia

Di tempat lain, wabah yang sering terjadi pada babi domestik masih dilaporkan di Moldova, Rumania, Rusia, dan Ukraina. ASF juga terus dilaporkan pada babi hutan di seluruh Eropa. Penyakit ini juga terdapat di beberapa negara di Eropa Timur dan juga di Asia dimana telah ditemukan di China, Hong Kong, Mongolia, Vietnam dan Korea Utara.

Baca Juga :   Pria di Riau Disangka Tembak Babi Ternyata Tembak Orang hingga Tewas

Jenis babi daerah yang banyak terserang penyakit ini adalah jenis babi hutan, babi di peternakan, perkebunan kecil, hingga babi peliharaan. Meski virus ASF bukan menjadi ancaman kesehatan manusia, tapi virus yang menyebabkan Demam Babi Afrika ini tetap dapat menyebar melalui beberapa perantara, di antaranya kontak langsung dengan babi yang terinfeksi, tinja atau cairan tubuh. Selain itu, kontak tidak langsung melalui fomites seperti peralatan, kendaraan atau orang yang bekerja dengan babi di antara peternakan babi dengan biosekuriti yang tidak efektif. Serta memakan daging babi atau produk daging yang terinfeksi. (*/els)

MIXADVERT JASAPRO