Menurut Indra, untuk fully digital, masyarakat di Indonesia belum siap. Diproyeksikan masih perlu waktu dua hingga tiga tahun untuk betul-betul mengadopsi layanan digital. Maka dari itu, dalam proses transformasi digital BRI memilih hybrid banking dengan strategi ‘phygital’ atau physical and digital.
“Hal tersebut kami tempuh karena perseroan berfokus pada perilaku kenyamanan nasabah dalam bertransaksi yang terus berkembang. Jika customer masih senang dilayani dengan human touch berarti model pelayanan online to offline sangat diperlukan,” bebernya.
Dia menjelaskan, untuk meningkatkan edukasi secara digital, masyarakat perlu dibiasakan dengan layanan keuangan yang terdigitalisasi seperti Agen BRILink. Kemudian menghadirkan layanan transaksi digital seperti dengan QR payment, digital payment parking, hingga transaksi di jalan tol yang sudah didorong untuk cashless atau wajib digital.
Discussion about this post