JagatBisnis.com – JAKARTA – Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-79, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan kontribusi signifikan industri hulu migas terhadap ketahanan energi nasional. Tahun 2023 mencatatkan investasi hulu migas mencapai US$ 13,7 miliar (Rp 206 triliun), menunjukkan peningkatan 13% dibandingkan tahun sebelumnya dan melampaui target Long Term Plan (LTP) serta tren investasi E&P global.
Pencapaian dan Kontribusi Industri Hulu Migas
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro, menjelaskan bahwa selama dua dekade terakhir, industri hulu migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak dengan total kontribusi mencapai Rp 5.045 triliun. Selain itu, SKK Migas berhasil mempertahankan Reserve Replacement Ratio (RRR) di atas 100% selama enam tahun berturut-turut berkat upaya mencari dan mengembangkan cadangan migas baru.
“Kami bangga telah menyelesaikan proyek-proyek besar seperti Lapangan Jangkrik, Lapangan Jambaran Tiung Biru, dan Tangguh Train 3. Sejak 2012, pasokan gas domestik telah melebihi ekspor, sebagai bagian dari usaha memperkuat ketahanan energi nasional,” ungkap Hudi dalam keterangannya di Jakarta pada Sabtu (17/8).
Dampak Positif dan Proyek Baru
Kegiatan usaha hulu migas, termasuk pengeboran dan proyek pengembangan, juga menciptakan efek multiplier yang signifikan. Penerapan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai 58% dari total belanja, serta penciptaan lapangan kerja untuk 150.000 pekerja, mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Dalam hal eksplorasi, SKK Migas berhasil menemukan cadangan baru di Geng North, Layaran, dan Tangkulo, menjadikan Indonesia sebagai salah satu yang terdepan dalam temuan eksplorasi di Asia Tenggara dalam dua tahun terakhir.
Proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) juga menunjukkan kemajuan. Sumur B-13 dari proyek ini mulai memproduksi minyak pada 9 Agustus lalu, dan Lapangan Banyu Urip berhasil melakukan pengapalan minyak mentah ke-1000. Hudi berharap enam sumur berikutnya dari Proyek BUIC akan segera menyusul, meningkatkan kontribusi proyek ini terhadap produksi minyak nasional.
Peningkatan Investasi dan Target ke Depan
Beberapa hari lalu, dalam acara Supply Chain & National Capacity Summit, SKK Migas menandatangani 10 General Supply Agreements (GSA) dengan total nilai US$ 1,2 miliar (Rp 18,9 triliun) dan 8 Procurement Contracts senilai US$ 428 juta (Rp 6,4 triliun), meningkatkan efek multiplier industri migas.
Hudi mengakui tantangan yang dihadapi industri migas, seperti ketertinggalan produksi dari target yang ditetapkan dan gap signifikan untuk mencapai target produksi Long Term Plan sebesar 1 juta BOPD untuk minyak dan 12 BSCFD untuk gas. Untuk menjawab tantangan ini, penting adanya kolaborasi antara para stakeholder industri migas.
Target dan Rencana 2024
Di masa depan, SKK Migas menargetkan peningkatan investasi menjadi US$ 16,1 miliar (Rp 242 triliun) atau naik 17% dibandingkan 2023. Kegiatan pemboran pengembangan juga ditingkatkan, dengan target mencapai 932 sumur pada 2024, meningkat 388% dari realisasi 2020. Selain itu, Portfolio Industri Hulu Migas hingga 2029 mencakup 141 proyek dengan total investasi US$ 36,25 miliar (Rp 543 triliun), terdiri dari 6 Proyek Strategis Nasional dan 135 Proyek Non-PSN.
“Dengan melihat potensi ini, kita harus bergerak bersama untuk mewujudkan peningkatan produksi migas dan mencapai ketahanan energi nasional,” tandas Hudi.
Dengan berbagai pencapaian dan rencana ambisius ini, industri hulu migas terus berkomitmen untuk mendukung ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi nasional, serta meningkatkan kontribusinya bagi negara di masa depan. (Hky)