Penurunan Produksi Minyak Bumi Menghadirkan Tantangan Bagi Indonesia di Semester I-2024

Penurunan Produksi Minyak Bumi Menghadirkan Tantangan Bagi Indonesia di Semester I-2024. foto dok indonesia.go.id

JagatBisnis.com – Produksi minyak bumi di Indonesia terus mengalami penurunan pada semester I tahun 2024, mencatatkan rata-rata lifting sebesar 561 ribu barel per hari (rbph). Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 605 rbph. Kondisi ini menjadi perhatian serius di tengah upaya untuk meningkatkan produksi minyak yang siap jual atau lifting.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II menyampaikan bahwa pendapatan dari Sumber Daya Alam Migas pada semester I tahun 2024 mencapai Rp 55.509,7 miliar, yang setara dengan 50,4% dari target APBN 2024. Namun, pendapatan ini mengalami kontraksi sebesar 7,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga :   SKK Migas Masih Melakukan Evaluasi Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT)

Penurunan produksi ini disebabkan oleh faktor alamiah sumur migas yang semakin tinggi, seiring dengan menuanya fasilitas produksi migas utama. Upaya untuk menanggulangi penurunan ini dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

Sekretaris Jenderal ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan bahwa strategi untuk meningkatkan produksi mencakup percepatan pemboran sumur pengembangan, reaktivasi blok migas potensial yang masih idle, serta implementasi program reserve to production (R2P), Enhanced Oil Recovery (EOR), dan eksplorasi masif.

Baca Juga :   Program Biodiesel B40 Siap Diluncurkan Awal Tahun Depan, Menurut Kementerian ESDM

Untuk mendukung upaya ini, Kementerian ESDM memberikan insentif hulu migas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Langkah lainnya adalah pengendalian konsumsi minyak dengan mengoptimalkan sektor pembangkit listrik, industri, rumah tangga, dan transportasi.

Pada sisi lain, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Suryodipuro, menyebutkan bahwa beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Sumatra mengalami gangguan produksi akibat banjir. Hal ini mempengaruhi kinerja sumur eksplorasi yang mengalami unplanned shutdown.

Upaya SKK Migas fokus pada reaktivasi sumur dan peningkatan kembali operasional sumur-sumur yang terdampak bencana alam tersebut. Meskipun demikian, tantangan besar tetap ada dalam mengejar target produksi tahun 2024.

Baca Juga :   Mulai 1 Februari, Ekspor Batu Bara Dibuka Lagi

Pri Agung Rakhmanto, Ekonom Energi dan pendiri ReforMiner Institute, menyoroti perlunya manajemen yang lebih realistis dalam mengelola penurunan produksi. Menurutnya, perencanaan yang didasarkan pada kalkulasi teknis yang dapat diprediksi secara operasional akan lebih memastikan pencapaian target lifting yang realistis.

Dengan berbagai upaya ini, Indonesia berharap untuk dapat mengatasi tantangan dalam sektor migas dan memperkuat ketahanan energi nasional di masa mendatang. (Hky)