JagatBisnis.com – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengusulkan agar para pelaku industri manufaktur, termasuk industri keramik, diberikan insentif diskon tarif listrik guna mengurangi beban pengeluaran dan mendongkrak kinerja bisnis. Usulan ini datang setelah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memberikan diskon tarif listrik sebesar 50% untuk pelanggan rumah tangga dengan daya listrik 2.200 volt ampere (VA) ke bawah, yang berlaku pada Januari dan Februari 2025.
Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, mengatakan bahwa pihaknya berharap adanya insentif dari pemerintah terkait diskon tarif listrik untuk pemakaian pada periode Luar Waktu Beban Puncak (LWBP), yaitu antara pukul 23.00 hingga 08.00. Pada periode tersebut, konsumsi listrik oleh pelanggan rumah tangga sangat rendah, namun tidak demikian dengan industri.
“Industri keramik berproduksi penuh selama 24 jam per hari dan tidak berhenti kecuali saat overhaul mesin yang sudah terencana dan saat libur Hari Raya Idulfitri,” ujar Edy, Kamis (2/1). Dengan karakteristik produksi yang beroperasi sepanjang waktu, industri keramik mengandalkan konsumsi listrik yang signifikan, yang berkontribusi sekitar 8%-10% dari total biaya produksi.
Asaki meyakini bahwa insentif berupa diskon tarif listrik pada periode LWBP dapat membantu mengurangi beban biaya operasional industri keramik, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing industri keramik nasional. Saat ini, utilisasi kapasitas produksi industri keramik nasional mengalami penurunan menjadi sekitar 66% pada 2024, salah satunya dipengaruhi oleh maraknya peredaran produk impor keramik asal China di pasar domestik.
Untuk mengatasi tantangan ini, Asaki berharap adanya kebijakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap impor keramik asal China serta penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib untuk keramik dapat membantu memulihkan sektor industri tersebut. Dengan kebijakan yang tepat, Asaki optimis prospek industri keramik pada 2025 dapat pulih, dengan tingkat utilisasi produksi nasional diperkirakan tumbuh ke kisaran 75% hingga 80%, atau setidaknya mendekati capaian utilisasi pada tahun 2022. (Mhd)