JagatBisnis.com – Pada Senin, 15 Juli 2024, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, mengungkapkan strategi Kementerian untuk meningkatkan jumlah pelaku industri atau wirausaha baru (WUB) di Indonesia. Melalui program Santripreneur, Kemenperin berupaya memanfaatkan potensi ekosistem pondok pesantren sebagai basis untuk menumbuhkan wirausaha industri.
Reni Yanita menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan stakeholder terkait, termasuk pengurus pondok pesantren, untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia. Program ini telah berhasil membina ribuan santri dari puluhan ribu santri di 114 pondok pesantren di berbagai wilayah, termasuk di Kabupaten Tasikmalaya.
“Pondok pesantren memiliki potensi strategis sebagai ‘Agent of Development’ dalam memacu pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pengembangan wirausaha di pondok pesantren tidak hanya memberikan manfaat bagi individu yang terlibat, tetapi juga berkontribusi positif bagi perekonomian lokal di sekitarnya,” ujar Reni.
Menurut data Kementerian Agama, Indonesia memiliki sekitar 37.626 pondok pesantren dengan total santri mencapai sekitar 4.853.197 orang. Provinsi Jawa Barat menjadi yang terbanyak dengan 12.121 pesantren, dan Tasikmalaya yang dikenal sebagai kota santri memiliki peluang besar untuk menjadi pusat industri dan ekonomi kreatif.
Salah satu contoh sukses dari program ini adalah Pondok Pesantren Miftahul Huda Affandy di Tasikmalaya, yang mendapatkan fasilitasi bimbingan teknis produksi dan peralatan untuk industri kecil menengah (IKM) furnitur. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemantik tumbuhnya lini bisnis baru di pondok pesantren dan mengidentifikasi kebutuhan pasar lokal sebagai langkah awal membangun industri yang berkelanjutan.
Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Kemenperin, Yedi Sabaryadi, menambahkan bahwa program ini melibatkan 20 santri dari Pondok Pesantren Miftahul Huda Affandy untuk mengikuti bimbingan teknis. Mereka akan diajarkan kewirausahaan, proses produksi, diversifikasi produk, serta mendapatkan inspirasi dari kisah sukses pelaku IKM di Tasikmalaya.
“Dengan demikian, kami berharap para santri dapat menjadi santri milenial yang mampu berproduksi dengan baik, menguasai teknologi digital, membuka lapangan pekerjaan, dan memberikan manfaat yang berlipat bagi masyarakat,” tutur Yedi.
Program Santripreneur tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan keahlian wirausaha di pondok pesantren, tetapi juga untuk memperkuat sektor IKM Indonesia dalam persaingan global. Melalui kolaborasi yang baik antara berbagai pihak, diharapkan program ini dapat menjadi model bagi peningkatan kelas industri kecil dan menengah, serta mendorong inklusi ekonomi yang merata di seluruh Indonesia. (Mhd)