JagatBisnis.com, Jakarta – Ribuan kontainer kini menumpuk di dua pelabuhan utama Indonesia, Tanjung Priok di Jakarta dan Tanjung Perak di Surabaya. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terkait kelancaran arus logistik dan potensi gangguan pada rantai pasok industri nasional.
Sebagian besar kontainer yang menumpuk tersebut berisi bahan baku penting untuk berbagai sektor industri. Situasi ini memicu keresahan di kalangan pelaku usaha yang khawatir akan terjadinya kelangkaan bahan baku yang bisa berdampak pada produktivitas dan kelangsungan operasional mereka.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi, menyatakan bahwa penumpukan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk keterbatasan kapasitas penyimpanan di pelabuhan dan lambatnya proses bongkar muat. “Kondisi ini harus segera ditangani untuk mencegah dampak lebih luas pada perekonomian,” ungkap Yukki.
Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) telah berupaya mengatasi penumpukan dengan mempercepat proses distribusi dan meningkatkan efisiensi operasional. Salah satu langkah yang diambil adalah menambah shift kerja dan memperpanjang jam operasional bongkar muat.
Selain itu, pemerintah juga mendorong digitalisasi dan integrasi sistem logistik untuk memantau pergerakan kontainer secara real-time. Ini diharapkan dapat mempercepat proses pengeluaran kontainer dan mengurangi waktu tunggu di pelabuhan.
Penumpukan kontainer ini tidak hanya berdampak pada arus logistik, tetapi juga pada biaya penyimpanan yang semakin membengkak. Pelaku usaha berharap ada solusi cepat dari pemerintah dan pengelola pelabuhan untuk mengurai masalah ini dan memastikan bahan baku bisa segera didistribusikan ke pabrik-pabrik di seluruh Indonesia.
Situasi ini menyoroti pentingnya koordinasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, pengelola pelabuhan, dan pelaku usaha, untuk menjaga kelancaran arus logistik dan mendukung perekonomian nasional.
(tia)