Ekbis  

Ekonomi China Tumbuh 5,3 Persen di Kuartal I 2024

JagatBisnis.com China mencatat pertumbuhan ekonomi 5,3% di kuartal I-2024. Capaian tersebut naik dibanding perkiraan di tiga bulan pertama tahun ini.

Tumbuhnya ekonomi China didukung kebijakan-kebijakan yang bertujuan mendorong permintaan yang tumbuh dan lebih kuat. Hal inilah yang membuat kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia ini tumbuh 5,3% pada Januari-Maret, mengungguli perkiraan para analis yang sebelumnya menetapkan angka 4,8%.

Ekonomi China berjuang pulih kembali setelah pandemi Covid-19, dengan pelemahan dalam permintaan dan krisis properti membebani pertumbuhannya.

Data yang lebih baik dari perkiraan pada Selasa ini muncul beberapa hari setelah China melaporkan bahwa nilai ekspor mereka turun 7,5% pada Maret, dibandingkan data tahun sebelumnya. Sementara impor juga ikut melemah.

Baca Juga :   Serangan Iran ke Israel Berpotensi Ganggu Ekonomi Indonesia

Inflasi mereda, mencerminkan tekanan deflasi akibat permintaan yang kendor di tengah krisis di sektor properti.

Catatan industrial untuk kuartal pertama naik 6,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan penjualan ritel tumbuh dalam kecepatan tahunan 4,7%. Investasi tetap, di pabrik-pabrik dan peralatan, tumbuh 4,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurut Pengamat Ekonomi Oxford Economics, Louise Loo, pertumbuhan yang kuat pada Januari-Maret didukung oleh kerja manufaktur yang luas, pengeluaran rumah tangga yang didorong oleh perayaan liburan tahun baru Imlek dan kebijakan-kebijakan yang membantu mendorong investasi.

“Meski begitu, indikator aktivitas para Maret “secara terpisah” menunjukkan pelemahan terjadi selepas tahun baru Imlek,” kata dia, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (17/4/2024).

Baca Juga :   Sri Mulyani Optimis Pendapatan Negara di 2023 Naik hingga 11,7 Persen

“Kondisi permintaan eksternal juga masih tidak bisa diperkirakan, seperti terlihat dalam kinerja ekspor yang buruk pada bulan Maret,” tambahnya.

Loo mencatat, pelepasan persediaan yang berlebihan, normalisasi belanja rumah tangga setelah hari libur, pendekatan yang hati-hati terhadap belanja pemerintah dan juga stimulus yang lain akan berdampak pada pertumbuhan di kuartal ini.

Pemangku kebijakan telah membuat langkah-langkah penyelamatan kebijakan pajak dan keuangan seiring upaya Beijing untuk mendorong ekonomi. China telah menetapkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang ambisius pada angka sekitar 5 persen untuk 2024.

Pertumbuhan yang tinggi semacam itu biasanya akan mendorong harga saham di seluruh kawasan itu lebih tinggi. Tetapi pada Selasa, harga-harga saham di Asia turun tajam setelah saham-saham di Wall Street melemah.

Baca Juga :   Ekonomi RI Melambat di 2023, BPS Ungkap 3 Faktor Utama

Indeks Shanghai Komposit turun 1,4% dan Hang Seng di Hong Kong turun 1,9%. Patokan untuk pasar yang lebih kecil di Shenzen, di China selatan, kehialangan 2,8%.

Pertumbuhan lebih kuat di kawasan dengan ekonomi terkuat ini normalnya akan dilihat sebagai hal yang positif bagi negara-negara tetangganya, yang terus menerus bergantung pada permintaan dari China untuk mendukung ekonomi mereka sendiri. Meski begitu, angka-angka pertumbuhan yang tinggi juga dilihat sebagai sinyal bahwa pemerintah akan menahan stimulus lebih lanjut. (tia)