Rupiah Masih Terdepresiasi, BI Diperlukan Kebijakan Tambahan

Ilustrasi Rupiah

JagatBisnis.com –  Rupiah terus mengalami depresiasi, bahkan nyaris menyentuh Rp 16 ribu per dolar AS. Berdasarkan data di Bloomberg pukul 13:5 WIB, rupiah berada di level Rp 15.858 per dolar AS.

Bank Indonesia (BI) sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan guna menyelamatkan rupiah, salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen. Namun, langkah tersebut dinilai belum bisa menguatkan rupiah.

Faktor Eksternal Menjadi Penyebab Utama

Kepala Riset Monex Investindo, Ariston Tjendra mengungkapkan secara historical pemicu pelemahan rupiah justru berada di eksternal.

Baca Juga :   Rupiah Melemah ke Rp15. 575 per Dolar AS

“Kenaikan suku bunga acuan BI belum bisa menguatkan rupiah karena sentimen eksternal yang masih kuat yaitu kekhawatiran pasar soal situasi di Timur Tengah dan kebijakan suku bunga tinggi AS,” kata Ariston kepada kumparan, Selasa (24/10).

Menurut Ariston, pelemahan mata uang tak hanya terjadi di Indonesia saja. Pelemahan terhadap dolar AS juga terjadi pada mata uang emerging market lainnya dan juga major currency.

Baca Juga :   Salah Bayar Karena Bentuk Uang 2.000.- Sama Dengan 50.000.-

Kebijakan BI Diperlukan

Ariston meminta pemerintah dan BI menjaga dampak negatif dari pelemahan rupiah terhadap perekonomian Indonesia. Bahkan, dia tak mengelak kemungkinan BI akan menaikkan suku bunga lagi untuk menyelamatkan rupiah.

“Kalau arahnya memang ke suku bunga tinggi, mungkin itu yang harus ditempuh BI untuk sementara untuk meredam pelemahan rupiah sambil melihat perkembangan situasi global,” tutur dia.

Pemanfaatan Pelemahan Rupiah

Baca Juga :   Konflik Hamas-Israel Membuat Rupiah Melemah, Tembus Rp 15.703 per Dolar AS

Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan BI sudah menjalankan kebijakan triple intervention guna mengendalikan stabilitas rupiah. Misalnya melalui kebijakan TD valas DHE hingga peluncuran SRBI.

Sayangnya, transmisi kenaikan suku bunga acuan BI ke penguatan rupiah memerlukan waktu.

Di sisi lain, Josua menilai pelemahan rupiah yang terbatas ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong kinerja ekspor dan pariwisata. Guna menambah supply valas di dalam negeri.

(tia)