Tarif Baru LRT Jabodebek Naik, Penumpang Pilih Motor

JagatBisnis.com –  PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) resmi memberlakukan tarif baru LRT Jabodebek mulai 1 Oktober 2023. Tarif baru ini menghapus tarif flat Rp 5.000 dan diganti dengan tarif progresif mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 20.000.

Tarif progresif ini dihitung berdasarkan jarak tempuh penumpang. Tarif terendah Rp 3.000 untuk jarak tempuh 0-5 kilometer, Rp 4.000 untuk jarak tempuh 5-10 kilometer, dan seterusnya. Tarif maksimal Rp 20.000 untuk jarak tempuh 40-45 kilometer.

Tarif baru ini menuai pro dan kontra dari para penumpang. Sebagian penumpang mengeluhkan tarif baru yang dinilai terlalu mahal, terutama bagi penumpang yang harus menempuh jarak jauh.

Salah satu penumpang LRT Jabodebek yang ditemui pada Senin (2/10), mengatakan dirinya keberatan atas tarif maksimal Rp 20.000 tersebut karena dinilai kemahalan.

“Keberatan lah, maksimal Rp 10 ribu saja jangan banyak-banyak. Mending naik motor daripada ini,” keluh penumpang yang tidak ingin disebutkan namanya saat ditemui.

Baca Juga :   LRT Jabodebek Tetap Evaluasi Pelayanan Setelah Berakhirnya Promo Tarif Flat

Penumpang tersebut biasanya naik LRT Jabodebek dari Stasiun Jatimulya, Bekasi, menuju Stasiun Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Dengan tarif baru, ia harus membayar Rp 20.000 untuk sekali perjalanan.

“Dari Bekasi saya paling ujung, Jatimulya. Mending naik motor bolak-balik, Bensin Rp 20 ribu udah bisa berapa hari,” pungkasnya.

Sementara itu, penumpang LRT Jabodebek lain bernama Atik mengaku tidak keberatan dengan berakhirnya promo tarif flat Rp 5.000 jika sebanding dengan kualitas layanan dan kebutuhan mobilitasnya.

“Kalau saya sih memang karena lokasi LRT dekat kantor saya sebenarnya mau enggak mau akhirnya tetap menggunakan alternatif ini karena kan tidak nyambung-nyambung lagi dengan online atau feeder bus lain,” jelasnya.

Atik biasanya berangkat dari Stasiun Dukuh Atas menuju Stasiun Cawang. Sebelum ada LRT Jabodebek, ia harus menggunakan KRL dan transit terlebih dahulu di Stasiun Manggarai.

Baca Juga :   Penumpang Keluhkan Tarif LRT Jabodebek

“Misal memang lebih mudah aksesnya, dengan harga yang agak mahal kali ya menurut saya enggak masalah selama itu kualitasnya baik dan kenyamanannya dari LRT ini tetap terjaga,” lanjutnya.

Senada, salah satu penumpang lain bernama Christine juga menilai tarif maksimal Rp 20.000 juga tidak mengurangi minatnya naik LRT Jabodebek. Menurutnya, ini lebih murah daripada harus transit yang memakan biaya lebih mahal.

“Kalau saya sih enggak keberatan soalnya daripada pindah-pindah kendaraan malah jadi lebih mahal, apalagi Bekasi,” kata dia.

Christine juga menyebutkan, saat ini animo masyarakat juga masih tinggi menggunakan LRT Jabodebek, terlepas tarifnya sudah tidak lagi Rp 5.000 flat.

“Iya enggak menurunkan minat. Tadi banyak yang turun dari kereta ini, penuh tadi keretanya. Ini sepi karena ke arah Bekasi, kalau tadi ramai yang pada mau kerja di Sudirman Thamrin,” tandasnya.

Analisis

Tarif baru LRT Jabodebek menuai pro dan kontra dari para penumpang. Sebagian penumpang mengeluhkan tarif baru yang dinilai terlalu mahal, terutama bagi penumpang yang harus menempuh jarak jauh.

Baca Juga :   Masinis Keluar dari Kereta Penuh Api, Selamatkan Penumpang dan Barang Bawaan

PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menyebutkan bahwa tarif baru ini diberlakukan untuk menutupi biaya operasional LRT Jabodebek yang cukup tinggi.

KCJ juga menyebutkan bahwa tarif baru ini masih lebih murah daripada biaya transportasi lain, seperti KRL atau bus.

Namun, bagi sebagian penumpang, tarif baru ini tetap dinilai terlalu mahal. Mereka menilai bahwa tarif baru ini akan membebani masyarakat, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Oleh karena itu, KCJ perlu melakukan evaluasi terhadap tarif baru LRT Jabodebek ini. KCJ perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk menggunakan LRT Jabodebek, termasuk tarif.

KCJ juga perlu memberikan sosialisasi yang lebih masif kepada masyarakat terkait tarif baru LRT Jabodebek ini. (tia)

MIXADVERT JASAPRO