JagatBisnis.com – Polusi udara kian ‘mencekik’ warga Jabodetabek akhir-akhir ini. Ternyata menurut data BMKG, di bulan Agustus kondisi polusi memang makin parah.
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab. Ia mengatakan, zat polutan PM 2.5 mencapai 165 pada 8 Agustus lalu.
Padahal menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), PM 2.5 sebaiknya tak lebih dari 12.
Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer). Pengukuran konsentrasi PM2.5 menggunakan metode penyinaran sinar Beta (Beta Attenuation Monitoring) dengan satuan mikrogram per meter kubik (µm/m3).
“Data terakhir kami pengamatan pos, PM 2.5 di Kemayoran, dari grafik terlihat Agustus PM 2,5 relatif tinggi, meningkat, cukup fluktuatif. Dan memang nilai konsentrasi umum teramati tanggal 8 Agustus, 05.00 WIB, 164,6 mg/m³,” kata Fachri dalam diskusi Penanganan Kualitas Udara di DKI Jakarta di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (28/8).
“Hari ini tanggal 27 Agustus, dari alat kami 60,4 mg/m³. Sebagai perbandingan di periode yang sama, 2022, nilai rata-rata konsentrasi PM 2.5 sekitar 44,3 mg/m³ di Agustus (2022),” imbuh dia.
Fachri melanjutkan menurut siklus harian, zat polutan PM 2.5 cenderung lebih tinggi pada malam.
“Itu relatif lebih tinggi hingga menjelang pagi. Kemudian di pagi seiring meningkatnya aktivitas masyarakat, PM 2.5 juga meningkat. Polutan atau partikel sebabkan polusi, kenapa tinggi malam karena ada lapisan inversi (lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin),” ujarnya.
“Di lapisan ini berkumpul, pada malam ketebalan lapisan inversi mengecil sehingga konsentrasi akan makin tinggi. Kami juga amati radiosonde, kami lepas balon, untuk amati ketebalan lapisan inversi.
Harapannya lapisan inversi berkurang polutannya,” tambah dia.
Sementara, Fachri mengungkap zat polutan PM 2.5 cenderung lebih rendah apabila aktivitas masyarakat menurun.
“Distribusi harian konsentrasi PM 2.5, antara 1-27 Agustus pada umumnya sedang (biru) 11 hari, dan tidak sehat (kuning) 16 hari. Distribusi per jam, weekend dan 17-an lebih banyak sedang. Ketika aktivitas masyarakat berkurang, kualitas udara lebih baik,” terangnya.
“Kami juga pengamatan NO₂ (nitrogen dioksida) melalui satelit sentinel. Indikasi paling banyak Jabodetabek, Banten, dan Selat Sunda. Ini kategori kuning mulai tinggi. NO₂ juga hari libur turun,” jelas dia.
Fachri mengatakan dalam 3 hari ke depan, zat polutan PM 2.5 di Jabotabek masih akan cukup tinggi.
“3 hari ke depan, PM 2.5 kita bisa liat Jabodetabek masih kuning sampai 30 Agustus. PM 2.5 tunjukkan kualitas udara tidak sehat pada umumnya. Lebih tinggi konsentrasi pada malam, dipengaruhi lapisan inversi,” tandas dia. (tia)