Fakta Jatuhnya Drone MQ-9 Reeper Milik AS Di Daerah Laut Hitam

Drone MQ-9 Reeper Foto FlightGlobal

JagatBisnis.comDrone detektif tentara Amerika Sindikat( AS) MQ- 9 Reaper jatuh ke Laut Gelap pada Selasa, 14 Maret 2023. AS mendakwa Rusia terencana melanggarkan salah satu jet Su- 27 ke pesawat tanpa badan itu. Sedangkan Rusia berdalih pesawat mereka tidak melaksanakan kontak kepada drone itu.

Walaupun tidak terdapat korban jiwa, kejadian ini dapat memunculkan resiko peperangan langsung antara Amerika Sindikat serta Rusia atas Ukraina, yang diinvasi Moskow lebih dari satu tahun kemudian serta dibela Kawan Barat dengan senjata.

Lalu semacam apa kenyataan tumbangnya drone MQ- 9 Reaper di Laut Gelap yang beresiko menimbulkan AS serta Rusia bersikeras ini? Selanjutnya fakta- fakta begitu juga dihimpun dari Reuters.

1. Jalan tumbangnya drone MQ- 9 Reaper

AS pada Selasa memublikasikan salah satu drone intelijen serta detektif MQ- 9 Reaper kepunyaannya diserbu pesawat tempur Rusia, Su- 27. Bagi Departemen Pertahanan AS, pesawat tempur itu Rusia terencana menghantam baling- baling drone. Akhirnya gerombolan AS terdesak menjatuhkan pesawat tanpa badan itu sebab tidak bisa dioperasikan.

Baca Juga :   AS Kasih Hukuman Industri China Mendistributor Drone Iran

2. AS ucap drone kepunyaannya lagi langlang dikala ditabrak

Pihak AS berkata drone kepunyaannya lagi melaksanakan pembedahan teratur di area hawa global kala dicegat serta ditabrak oleh pesawat Rusia. AS mendakwa 2 jet Su- 27 Rusia terencana melaksanakan pencegatan kepada drone agen rahasia mereka. Dibilang, jet tempur Rusia membuang materi bakar ke MQ- 9- kemungkinan berupaya membutakan ataupun merusaknya– serta melambung di depannya dengan aksi yang tidak nyaman.

“ Sebagian kali saat sebelum tumbukan, Su- 27 membuang materi bakar, serta melambung di depan MQ- 9 dengan metode yang ceroboh, tidak ramah area, serta tidak handal,” tutur Panglima Angkatan Hawa AS buat Eropa serta Afrika, James B. Hecker.

3. Sanggahan pihak Rusia

Di bagian lain Departemen Pertahanan Rusia malah mempersalahkan drone MQ- 9 Reaper atas musibah. Mereka berkata jetnya tidak melaksanakan kontak serta mengatakan kejadian terjalin dampak drone melaksanakan“ aksi runcing”. Kremlin pula mendakwa pesawat tidak berawak itu melambung dengan transponder dimatikan.

Baca Juga :   Rusia Tembak Jatuh 2 Drone Ukraina di Depot Minyak Moskow

“ Jet tempur Rusia tidak memakai senjata mereka, tidak melaksanakan kontak dengan UAV, serta balik dengan aman ke alun- alun hawa asal mereka,” tutur pihak Departemen Pertahanan Rusia.

4. Diucap beresiko akibatkan kenaikan konflik

Komandan Paling tinggi NATO Eropa, Jenderal Christopher Cavoli, berikan ketahui kawan mengenai kejadian itu. Para administratur Bangunan Putih serta Pentagon mengingatkan resiko kenaikan bentrokan dampak peristiwa ini. Unit Luar Negara memanggil delegasi besar Rusia atas kejadian itu.“ Kejadian ini membuktikan minimnya kompetensi tidak hanya tidak nyaman serta tidak handal,” ucap Christopher Cavoli.

5. Rusia ucap tujuan pengintaian MQ- 9 Reaper suatu provokasi

Delegasi Besar Rusia buat Amerika Sindikat Anatoly Antonov berkata tujuan pengintaian pesawat hawa tidak berawak MQ- 9 di atas Laut Gelap merupakan suatu acuman. Baginya pesawat itu melambung dengan transponder mati, serta merambah alam pembedahan tentara spesial. Alam itu sudah diterbitkan lewat saluran global.

Baca Juga :   Pembuang Sampah Sembarangan Diburu Pakai Drone, Pelaku Didenda Rp500 Ribu

“ Kita, Rusia, sudah mengingatkan seluruh orang mengenai perihal itu. Aku pikir ini merupakan acuman jelas,” tuturnya pada reporter berakhir diskusi di Unit Luar Negara AS, di mana duta itu dipanggil atas kejadian itu.

6. Kejadian awal semenjak agresi Rusia atas Ukraina

Seseorang periset tua di think- tank American Enterprise Institute di Washington, Elisabeth Braw, berkata kejadian drone itu belum sempat terjalin lebih dahulu dalam perang Ukraina sepanjang ini.“ Ini merupakan langkah yang amat sensitif dalam bentrokan ini sebab ini betul- betul kontak langsung awal yang dikenal khalayak antara Barat serta Rusia,” tutur Braw. (tia)