Kenaikan BBM Picu Tergerusnya Cadangan Beras Pemerintah

JagatBisnis.comKeputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar pada September 2022 lalu dianggap menjadi pemantik tergerusnya Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Karena hingga akhir tahun stok beras di Perum BULOG hanya tersisa 399.168 ton. Dari jumlah itu, sebesar 186.794 ton merupakan CBP.

Kepala Divisi Perencanaan Perum BULOG Epi Sulandari mengatakan, kenaikan harga BBM dua jenis tersebut memicu kenaikan harga barang dan jasa tidak terkecuali beras. Lonjakan harga beras ini pun memainkan peranan terhadap lonjakan angka inflasi.

“Kebijakan kenaikan harga BBM waktu itu, membuat harga beras meningkat tiba-tiba. Kondisi inilah yang kemudian berlanjut, periode Agustus-Desember, permintaan dikisaran 200 ribu ton yang mengakibatkan stok perum BULOG tergerus,” ujar Epi Sulandari dalam webinar FORWATAN : Pasokan Beras Jelang Nataru, Amankah? Di Jakarta, Jumat (23/12/2022).

Baca Juga :   Bulog Siap Menyimpan Cadangan Jagung Nasional

Padahal, menurut Epi, hingga Juli 2022 permintaan OP setiap bulannya hanya 500-1.000 ton per hari atau 30 ribu per bulan. Kondisi tersebut simetris dengan pergerakan harga beras yang stabil di pasar. Bahkan, pihaknya sempat optimis tidak perlu impor beras. Karena di April, stok beras masih mencapai 1,2 juta ton.

“Selain untuk kegiatan PKPSH, penggunaan CBP untuk bantuan bencana alam, bantuan internasional dan stok pangan ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve sebesar 12 ribu ton. Pada kondisi tersebut, pemerintah pun meminta kami memperbesar serapan gabah dalam negeri. Padahal, antara produksi dengan konsumsi di bulan September sudah memasuki fase defisit pasokan beras. Artinya, kami menyerap sisa panen petani,” paparnya.

Baca Juga :   Bulog Siap Menjadi Operator Badan Pangan Nasional

Sementara itu, Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Budi Wuryanto menambahkan, kondisi stok beras di Perum BULOG menghadapi Nataru 2022 tidaklah ideal. Karena dengan stok 399.160 ton, jumlah tersebut jauh dari target pemerintah menginginkan stok beras BULOG memiliki stok diatas 1 juta ton.

“Keputusan pengadaan impor beras sebesaar 500 ribu ton merupakan opsi terakhir untuk mengamankan CBP. Apalagi, hasil panen raya padi baru berlangsung di bulan Maret 2023. Menurutnya, harga beras hingga di awal tahun masih akan relatif tinggi,” ujarnya.

Baca Juga :   Ini Alasan Bulog Tak Masuk Holding BUMN Pangan

Pada kesempatan yang sama, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan, kenaikan harga beras dipengaruhi oleh efek musiman.
Jika dilihat sepanjang semester II/2022 ini memang mengalami peningkatan yang trennya cukup tinggi. Apalagi setelah terjadi kenaikan harga BBM pada September 2022.

“Sementara di sisi lain, produksi beras mengalami penurunan karena sedang memasuki musim tanam. Penurunan stok dan produksi beras bisa menimbulkan kekhawatiran terhadap pasokan beras, khususnya menjelang Nataru, yang biasanya terjadi peningkatan konsumsi,” pungkasnya. (eva)

MIXADVERT JASAPRO