Korea Utara Dituding Jual Senjata ke Tentara Bayaran Rusia

Ilustrasi senjata Foto: OKezone

JagatBisnis.com –  Amerika Serikat (AS) menuduh Korea Utara memasok persenjataan bagi kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Group, untuk berperang di Ukraina pada Kamis (22/12).

Pyongyang dituding mengirimkan roket dan rudal pada bulan lalu.

Gedung Putih menggarisbawahi, penjualan ini melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB (UNSC). Washington lantas akan menambahkan sanksi yang menargetkan Wagner Group.

“Wagner sedang mencari pemasok senjata di seluruh dunia untuk mendukung operasi militernya di Ukraina,” terang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, dikutip dari AFP, Jumat (23/12).

“Kami dapat memastikan bahwa Korea Utara telah menyelesaikan pengiriman senjata awal ke Wagner, yang membayar perlengkapan itu,” lanjutnya.

Baca Juga :   Soal Uji Coba Rudal Balistik, AS Jatuhkan Sanksi terhadap Korea Utara

Wagner Group adalah kelompok yang independen dari lembaga pertahanan Rusia. Pihaknya sedang memimpin pengepungan berdarah di Kota Bakhmut, Ukraina.

Menurut Kirby, organisasi paramiliter ini menghabiskan lebih dari USD 100 juta (Rp 1,5 triliun) setiap bulan untuk beroperasi di Ukraina.

“Wagner tengah bangkit sebagai pusat kekuatan saingan bagi militer Rusia dan kementerian Rusia lainnya,” ujar Kirby.

Inggris setuju dengan penilaian AS tentang pengiriman senjata untuk Wagner Group. Pihaknya menambahkan, para tentara bayaran pun telah membengkak dari 1.000 menjadi hampir 20.000 di Ukraina.

“Fakta bahwa Presiden [Rusia Vladimir] Putin meminta bantuan Korea Utara adalah tanda keputusasaan dan isolasi Rusia,” tulis pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly.

Baca Juga :   Saat Uji Coba, Rudal Balistik Korea Utara Meledak di Udara

“Kami akan bekerja dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal untuk mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina,” tambah dia.

Baik Korut maupun Wagner Group menepis laporan Kirby.

“Ini direkayasa sejumlah kekuatan yang tidak jujur untuk tujuan berbeda-beda,” tegas Kementerian Luar Negeri Korut.

Pemilik Wagner Group turut mengeluarkan bantahan terhadap pernyataan AS. Dia menyebutnya sebagai ‘gosip dan spekulasi’.

Grup Wagner dikendalikan pengusaha yang pernah disebut ‘koki Putin’, Yevgeny Prigozhin. Pasalnya, Prigozhin melayani makan malam pemimpin itu sebelum dan sesudah menjadi presiden Rusia.

Baca Juga :   Korea Utara dan Indonesia Miliki Hubungan Baik?

Pria berusia 61 tahun tersebut menjalankan sejumlah bisnis yang beragam selain grup Concord Catering miliknya di St. Petersburg.

Salah satunya adalah Badan Riset Internet yang melakukan operasi besar-besaran untuk mengganggu pemilu AS guna membantu calon presiden Donald Trump pada 2016.

Atas tindakan ini, Prigozhin dan beberapa orang lainnya didakwa di AS pada 2018. Namun, dia membanggakan operasinya bulan lalu.

“Kami telah ikut campur, kami tengah ikut campur dan kami akan ikut campur,” kata Prigozhin. (tia)

MIXADVERT JASAPRO