Psikolog Sebut Putri Candrawathi Ngaku Takut Ferdy Sambo

Ilustrasi sidang Putri Candrawathi Foto: Kompas

JagatBisnis.com Putri Candrawathi disebut takut kepada Ferdy Sambo. Keterangan itu termuat dalam hasil pemeriksaan psikologi forensik terhadap Putri Candrawathi.

Hasil tes tersebut disampaikan oleh ahli psikologi forensik di RSUD Cilacap yang juga sebagai Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Reni Kusumowardhani. Ia dihadirkan sebagai ahli dalam sidang lanjutan Ferdy Sambo dkk di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (21/12).

Awalnya, salah satu hakim menggali keterangan ahli mengenai hasil pemeriksaan Putri Candrawathi. Secara spesifik, cerita dan tangisan Putri mengenai kejadian kekerasan seksual yang dialami.

Kasus pembunuhan Yosua pada 8 Juli 2022 di Duren Tiga memang sempat direkayasa. Skenarionya ialah terjadi tembak menembak yang dipicu oleh Putri dilecehkan Yosua.
Kebohongan ini kemudian terbongkar. Yang terjadi ialah eksekusi Yosua oleh Richard Eliezer.

Baca Juga :   Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Ternyata Jarang Serumah

Namun, pelecehan seksual diklaim memang terjadi, yakni pada 7 Juli 2022 di Magelang.

Kabar Putri yang dilecehkan itu menjadi pemicu amarah Sambo. Ia kemudian merencanakan pembunuhan Yosua di Saguling. Eksekusi dilakukan di Duren Tiga.

“Iya, Yang Mulia, kami melakukan proses wawancara sehingga dapat kami simpulkan ada tiga peristiwa, yang di Magelang, di Saguling, dan di Duren Tiga. Termasuk pada ibu Putri Candrawathi,” kata Reni.

“Yang di Duren Tiga itu, kan, ternyata peristiwanya kan tidak benar, dan si Putri menceritakan juga dengan tangisan, dengan itu, bagaimana pendapat Saudara?” tanya hakim lagi.

“Waktu itu, Ibu Putri menyatakan bahwa peristiwa Duren Tiga itu tidak benar. Nah, ‘tapi saya takut pada suami saya, saya dipaksa untuk menandatangani BAP dan saya percaya pada suami saya’,” ungkap Reni mengulangi wawancaranya dengan Putri.

Baca Juga :   Besok, Timsus Polri Paparkan Hasil Pemeriksaan Putri Chandrawati

Reni menyebut Putri menangis ketika bercerita mengenai kejadian di Duren Tiga serta Magelang.

“Itu ada tangisan, namun respons tangisannya secara fisiologis dan emosional itu intensinya berbeda dengan pada saat menceritakan peristiwa yang ada di Magelang,” ungkap Reni.

“Nah, maksud saya begini, apakah ahli mendapatkan informasi, Saudara Putri ini menceritakan misalkan, masuk waktu itu ada yang mendobrak, mendobrak kamar di Duren Tiga, lalu masuk, informasi itu ahli dapatkan?” kejar hakim.

“Itu di Duren Tiga, mau isolasi, kemudian ibu Putri masuk ke dalam kamar, kemudian mendengar suara…,” lanjut Reni hendak menjelaskan.

Namun Reni dipotong hakim. Hakim menggali soal reaksi Putri saat bercerita.

Baca Juga :   Putri Candrawathi Siapkan Empat Bukti Adanya Pelecehan Seksual di Magelang

“Tidak, tidak begitu. Ini yang skenario, maksud saya skenario, skenario itu, kan, juga disertai dengan tangisan dengan tangisan, dan dia, si Putri ini juga menceritakan dengan tangisan. Nah, bagaimana pendapat Saudara dengan yang demikian?” tanya hakim lagi.

“Ya, semuanya memang membuat takut, bagi Ibu Putri, yang pertama, takut karena sebetulnya tidak seperti itu kejadiannya, sementara yang satunya menyatakan bahwa kejadian yang sebenarnya itu yang di sini,” kata Reni.

“Respons tangisan betul ada pada dua-duanya [saat cerita Magelang dan Duren Tiga], Yang Mulia. Hanya tadi, saya sampaikan, terobservasi berbeda intensitasnya. Tidak muncul intensifisiologis dan emosi sebesar yang diceritakan, pada saat konten ceritanya pada konteks kekerasan seksual di Magelang,” pungkasnya. (tia)

MIXADVERT JASAPRO