Jadi Korban Pelecehan Seksual, Siswa SD Ini Selalu Dibully Temannya

JagatBisnis.com – Kasus Pelecehan Seksual kembali terjadi di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kali ini, terjadi di Desa Hoelea, Kecamatan Omesuri. Korbannya adalah F, siswa sekolah dasar (SD) di desa tersebut.
Saat ini F yang adalah korban dari peristiwa kelam pada bulan November 2021 lalu itu menderita sakit trauma yang dalam.

Bahkan, siswi kelas 1 SD itu pun selalu mendapat perlakuan yang tidak harmonis dari teman-temannya. Ia sering dibully dan menjadi bahan olokan para warga di sekitar.

Kasus ini bermula ketika F yang saat itu berada di sekolah, hendak pergi ke kantin yang letaknya persis dibelakang gedung sekolah.
Kantin itu dikelilingi pagar sehingga dia harus berputar dan melewati bagian jalan yang sepih.
Belum sampai di kantin, laki-laki berusia sekitar 14 tahun mencegat F dan langsung melakukan pelecehan seksual kepada bocah perempuan itu.

Baca Juga :   Oknum Guru Cabuli 10 Anak selama Lima Tahun

Sejak kejadian itu, F pulang ke rumah dengan wajah pucat sambil menahan sakit dan perih di tubuhnya.

Neneknya yang melihat perbedaan sikap cucunya itu pun sempat bertanya tapi F tak mau bicara. Dia takut dan tak bisa berbuat banyak.
Kejadian itu terbongkar ketika pagi harinya bocah itu menangis kesakitan dan tak bisa bangun dari tempat tidurnya.

Dia mengeluh kesakitan pada alat kelaminnya sebelum akhirnya mengaku dan menceritakan kejadian sebenarnya.
Bibi korban yang pada saat itu ada bersama mereka langsung mengecek dan menemukan luka di bagian alat kelamin anak itu sudah infeksi dan bernanah.

Tak terima, keluarga pun melaporkan perbuatan tercela ini di Polsek Omesuri dan selanjutnya di Polres Lembata.

Menurut SA, penderitaan anaknya itu ternyata belum berakhir. Di sekolah, F semakin menderita karena dibully oleh teman-teman dan anak-anak sekolah di sana.

Baca Juga :   Bejat, Ayah Kandung Cabuli Anaknya yang Masih SMP

SA kecewa berat karena pihak sekolah tak sanggup mengatasi hal ini.

“Sekarang saya larang anak saya jangan ke sekolah lagi. Saya mau pindahkan dia ke sekolah lain yang lebih aman. Saya sangat kecewa dengan lingkungan sekolah yang seperti itu,” ujar SA.

SA menyebutkan, ada kabar kalau keluarga pelaku mau membayar uang sebesar Rp 15 juta supaya keluarga korban mencabut laporan polisi.

Kabar ini semakin membuat dirinya terpukul. Bahkan, sempat ada tawar menawar dari keluarga pelaku soal nominal uang yang mau ditebus.

“Saya sedih sekali, anak saya sudah dilecehkan, tidak ada harga diri lagi. Kok ditawar-tawar lagi seperti ini,” ucapnya, sedih.
Orang tua korban berharap proses hukum kepada pelaku tetap berjalan.

Sementara itu, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perlindungan Perempuan dan Anak Lembata (PERMATA) Maria Loka menyebutkan, kasus pelecehan anak tersebut sebagai sebuah tragedi kemanusiaan.

Baca Juga :   Rumah Pelaku Pemerkosaan Anak di Bawah Umur Disegel Warga

Menurutnya, kasus pelecehan anak dan perempuan seperti fenomena gunung es di Lembata. Bahkan, banyak kasus yang pelakunya adalah anak di bawah umur.

Sebagaimana yang terjadi di desa Hoelea, Kecamatan Omesuri, anak perempuan dalam kondisi yang sangat tidak berdaya. Sudah jadi korban, dia bahkan jadi bahan tertawaan di sekolah.

“Kabupaten Lembata sebenarnya sudah darurat kekerasan anak dan perempuan. Kasus ini seperti menampar muka kita para orang tua,” katanya, Minggu (6/2).

Maria Loka sendiri sudah berkomunikasi langsung dengan orang tua korban perihal masalah pelecehan ini.
“Untuk sekarang korban tidak lagi pergi ke sekolah untuk menghindari perundungan yang terjadi di sana,” terangnya.

Selain itu, katanya, semua bentuk transaksi yang dilakukan keluarga pelaku untuk mencabut laporan polisi tentu tidak sah dan tidak dibenarkan. (pia)

MIXADVERT JASAPRO