Pemerintah Diminta Waspada Terhadap Jebakan Utang China

JagatBisnis.com – Presiden China Xi Jinping dinilai ingin menciptakan hegemoni baru dalam perekonomian dunia dengan menawarkan hasil industri mereka yang super murah dan bantuan proyek infrastruktur kepada negara-negara yang masuk dalam cicin perdagangan China.

Pada tahun 2013 lalu, Xi Jinping dalam kunjungannya ke Kazakhstan dan Indonesia, mengenalkan ide One Belt One Road (OBOR). Pemerintah setempat diminta menyiapkan proyek khususnya di sektor transportasi dan energi, selanjutnya China langsung memberikan pinjaman jangka panjang dengan bunga yang sangat kompetitif.

“Akan tetapi kenyataan beberapa negara justru tidak mampu menjalankan proyek secara tepat lalu mangkrak dan pemerintah tersebut terpaksa menanggung utang besar,” kata peneliti senior Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS), AB Solissa, kepada wartawan, Sabtu, 13 November 2021.

Gagal Lunasi Utang

Solissa menuturkan Sri Lanka yang gagal melunasi utang akhirnya menyerahkan kepada China yang akan memindahkan Angkatan Laut negara itu ke wilayah yang sudah dikuasai Beijing sehingga membuka peluang bagi China untuk menguasai gerak-gerik tentara Sri Lanka.

Baca Juga :   Utang RI Per September 2021, Meningkat Menjadi Rp6.711 Triliun

Selain menguntungkan, lanjutnya, teknik pinjaman tersebut merupakan salah satu taktik China hal untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Samudera Hindia dan sedikit demi sedikit menggeser India sebagai patron di kawasan tersebut.

“Secara geopolitik, kejatuhan Kenya dan Maladewa seperti Sri Lanka juga dapat menguntungkan China dalam menguasai wilayah Samudera Hindia serta mendekatkan mereka ke negara-negara Arab, Afrika, dan benua Asia lainnya,” ujar Solissa lagi.

Pengaruh China Meningkat

Dia melanjutkan karena meningkatnya pengaruh ekonomi, politik dan strategis Cina dan tanpa pembalasan yang signifikan, negara-negara di dunia yang menerima utang akhirnya menyerah di bawah tekanan China sehingga mereka dengan mudah menerapkan ‘proyek jalan sabuk’ di seluruh dunia.

Baca Juga :   Utang Indonesia Dipastikan Tak seperti Sri Langka

Belum lagi industri manufaktur China yang diduga kuat mengadopsi semua jenis taktik yang tidak etis, tidak adil dan ilegal, menduduki pasar di seluruh dunia yang tentunya cepet menggelembungkan devisa negara mereka.

“Berbekal cadangan devisa yang terus bertambah, pemerintah China tidak hanya mengakuisisi tanah di banyak negara termasuk Afrika, tetapi bahkan perusahaan-perusahaan di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia dalam jumlah besar,” kata Solissa.

Akan tetapi, kata Solissa, negara-negara dunia mulai menyadari bahwa China adalah akar dari krisis kesehatan dan ekonomi, dunia setelah kasus mengetahui taktik barang murah hasil industri dan jebakan hutang yang China lakukan.

Eksploitasi Dunia

Dia menilai cara China berusaha mengeksploitasi dunia dengan mengambil keuntungan dari proyek Belt Road dan mewabahnya pandemi COVID-19 menjadikan negeri panda tersebut dicap sebagai negara yang tidak dapat dipercaya.

Baca Juga :   Bayar Utang, Cadangan Devisa Turun Jadi USD139,1 Miliar

Menurutnya, dunia sudah menyadari bahwa dengan kedok globalisasi, ketergantungan yang meningkat pada China untuk barang-barang industri, telah menghancurkan ekonomi mereka pada umumnya dan industri pada khususnya, dan karena ini, kemiskinan dan pengangguran juga meningkat. Solissa melihat negara-negara di seluruh dunia mulai mengambil langkah menuju kemandirian dengan mengurangi impor dari China, menolak banguan utang untuk membiayai pembangunan di negara mereka.

“Negara-negara khususnya Indonesia yang telah menandatangani inisiatif Belt Road, harus keluar dari proyek ini dan membebaskan negara mereka dari rancangan jebakan utang China,” tuturnya. Beberapa negara di dunia terjebak utang dari China akibat masifnya pembangunan infrastruktur di negara mereka. Sri Lanka, Kenya, hingga Maladewa adalah sedikit contoh negara yang telah masuk dalam perangkap jebakan utang China.(pia)

 

MIXADVERT JASAPRO