JagatBisnis.com – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara akan menerima suntikan dana besar di akhir April 2025, berasal dari dividen bank-bank BUMN yang mencapai total Rp 59,11 triliun. Ini merupakan bagian dari skema baru di mana dividen perusahaan pelat merah yang sebelumnya langsung masuk ke kas negara, kini dialihkan ke Danantara untuk mendukung proyek strategis nasional.
BRI Penyumbang Terbesar, Mandiri dan BNI Menyusul
Dari seluruh bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi kontributor dividen terbesar dengan nilai mencapai Rp 27,68 triliun. Angka ini berasal dari kepemilikan negara atas sekitar 80,61 miliar saham atau 53,18% saham BRI, yang tahun ini membagikan dividen Rp 343,4 per saham. Dividen tersebut akan dibayarkan pada 23 April 2025.
Tak kalah besar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyetor dividen senilai Rp 22,62 triliun dengan dividen per saham tertinggi di antara bank BUMN lainnya, yakni Rp 466 per saham. Pemerintah memiliki sekitar 48,53 miliar saham Mandiri, setara 52% dari total saham beredar.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) akan menyalurkan dividen sebesar Rp 8,35 triliun. Kepemilikan pemerintah di bank ini mencapai 22,38 miliar saham, dengan dividen Rp 374 per saham yang akan dibayarkan pada 25 April 2025.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menjadi penyumbang terkecil dengan dividen Rp 451 miliar. Meski mencetak laba paling kecil di antara bank pelat merah, BTN meningkatkan rasio pembagian dividen dari 20% menjadi 25% tahun ini.
Dividen Jumbo, Sinyal Positif bagi Investor?
Menurut analis Indo Premier, Jovent Muliadi dan Anthony, besarnya pembagian dividen kali ini mencerminkan kekuatan finansial bank-bank BUMN, sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. BRI, misalnya, membagikan hingga 86% dari laba bersihnya, Mandiri 78%, BNI 65%, dan BTN 25%. Imbal hasil dividen (dividend yield) juga menjadi lebih menarik, terlebih di tengah tekanan koreksi harga saham sektor perbankan.
Mereka menilai langkah ini sebagai sinyal positif di tengah ketidakpastian global, terutama akibat tensi perang dagang yang masih membayangi pasar.
“Pembagian dividen yang besar ini juga mengurangi risiko aksi kitchen sinking oleh manajemen baru,” tulis keduanya dalam riset terbaru.
Tantangan: Menjaga Keseimbangan Neraca Perbankan
Meski begitu, sejumlah pihak menyoroti potensi tekanan terhadap kinerja perbankan akibat realokasi dividen ke Danantara. VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menilai bahwa pengalihan dana ini bisa mengurangi optimalisasi pada bisnis inti bank-bank pelat merah.
Menurutnya, agar tidak membebani neraca perbankan, terutama dalam menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) dan kecukupan modal (CAR), penyaluran dana oleh Danantara harus dilakukan dengan manajemen risiko yang ketat dan terukur.
“Investor butuh kepastian mekanisme di lapangan. Jangan sampai tujuan strategis justru jadi beban finansial baru,” tegas Audi. (Hky)