JagatBisnis.com – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, menyampaikan keraguan atas rencana pemerintah menambah lahan sawit seluas 300 ribu hektar untuk mendukung kebutuhan B60. B60 adalah bahan bakar yang mengandung campuran 60% minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO).
Rencana Pemerintah dan Tanggapan GAPKI
Pernyataan mengenai rencana penambahan lahan sawit ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, saat acara The 7th Indonesia-China Energy Forum (ICEF) di Bali. Dalam acara tersebut, Bahlil mengungkapkan strategi Indonesia untuk mengurangi impor solar dengan meningkatkan produksi biodiesel dan melakukan konversi ke B60. Menurut Bahlil, produksi biodiesel Indonesia saat ini mencapai 14 juta kilo liter (KL), dan Indonesia juga sudah mulai mengekspor ke China. Pemerintah merencanakan penambahan 300 ribu hektar lahan sawit di Papua untuk mendukung program ini.
Namun, Eddy Martono menyatakan bahwa GAPKI sebagai bagian dari industri sawit belum dilibatkan dalam pembicaraan mengenai langkah tersebut. “Kami dari asosiasi belum diajak bicara terkait hal ini. Mungkin ini adalah rencana pemerintah atau penugasan kepada BUMN. Namun, kami belum mendapatkan informasi resmi,” ungkapnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (5/9).
Tantangan dalam Implementasi
Eddy juga menilai bahwa penambahan lahan sawit di Papua mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan CPO bagi B60 di masa depan. Dengan estimasi produksi maksimum 5 ton CPO per hektar, tambahan 300 ribu hektar lahan sawit hanya akan menghasilkan sekitar 1,5 juta ton CPO. “Jika kebutuhan untuk B60 mencapai 24 juta ton CPO, maka tambahan 1,5 juta ton dari lahan baru ini masih jauh dari cukup,” ujarnya.
Ia mengusulkan agar pengembangan lahan untuk pemenuhan B60 diserahkan kepada BUMN terlebih dahulu, dan bukan pada perusahaan swasta. “Lebih baik penugasan ini dilakukan oleh BUMN. Jangan memberikan kesan bahwa perusahaan swasta tidak memenuhi ekspektasi,” tambah Eddy.
Program B40 sebagai Langkah Awal
Sebagai informasi tambahan, pemerintah Indonesia juga sedang mempersiapkan program B40, yakni campuran solar dengan 40% bahan bakar nabati berbasis minyak sawit, yang direncanakan diluncurkan pada tahun 2025. Program ini sejalan dengan data realisasi kinerja subsektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) tahun 2024. Untuk B40, diperkirakan diperlukan sekitar 16 juta KL CPO.
Melalui program B40, pemerintah telah melakukan uji coba dan meningkatkan adopsi biodiesel berbasis kelapa sawit pada berbagai jenis kendaraan dan alat pertanian. Ini adalah langkah awal menuju target yang lebih ambisius, termasuk rencana untuk B60 di masa depan.
Dengan berbagai tantangan dan rencana besar di depan, baik dari sisi pemerintah maupun industri, pengembangan program biodiesel berbasis kelapa sawit memerlukan kolaborasi dan perencanaan yang matang untuk mencapai keberhasilan dan keberlanjutan yang diharapkan. (Hky)