JagatBisnis.com – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengungkapkan bahwa penyesuaian tarif royalti minerba dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis perusahaan. Sebagai produsen nikel, INCO pun sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk meminimalkan dampak dari kenaikan tarif royalti yang ditetapkan pemerintah.
Pemerintah baru saja merilis dua regulasi yang mengatur tarif penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM). Salah satu yang terpengaruh adalah bijih nikel, dengan tarif royalti yang naik dari 10% menjadi 14%-19%. Tarif royalti untuk feronikel juga mengalami kenaikan dari 2% menjadi 4%-6%.
Bernardus Irmanto, Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer Vale Indonesia, menyatakan bahwa INCO menghormati kebijakan pemerintah dan memandangnya sebagai upaya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor sumber daya alam. Meskipun tarif royalti baru akan memengaruhi struktur biaya operasional, INCO terus melakukan kajian untuk memitigasi dampak melalui inisiatif efisiensi dan peningkatan produktivitas.
“Prinsip keberlanjutan tetap menjadi dasar pengambilan keputusan kami,” ujar Bernardus.
Strategi INCO ke depan akan fokus pada penguatan operasional dan keberlanjutan bisnis. Meskipun ada kenaikan tarif royalti, INCO melihatnya sebagai pendorong untuk berinovasi dan meningkatkan daya saing.
Pada 2024, pendapatan INCO turun 22,87% yoy menjadi US$ 950,38 juta, dan laba bersih turun 78,94% yoy menjadi US$ 57,76 juta. Produksi nikel matte INCO pada 2024 naik 0,82% yoy menjadi 71.311 metrik ton, melampaui target tahunan perusahaan. (Zan)