Bunga Deposito Bank Besar Belum Menurun Meski BI Pangkas Suku Bunga

Bunga Deposito Bank Besar Belum Menurun Meski BI Pangkas Suku Bunga.

JagatBisnis.com – Meskipun Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan di awal tahun 2025, bunga deposito yang ditawarkan oleh sejumlah bank besar di Indonesia, terutama bank-bank BUMN, masih belum mengalami penurunan signifikan.

Di antara bank-bank yang tergolong dalam kelompok modal inti (KBMI) 4, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) tercatat menawarkan bunga deposito rupiah tertinggi untuk tenor 12 bulan, masing-masing mencapai 3%. Meskipun suku bunga BI turun, kedua bank besar ini tetap mempertahankan tingkat bunga deposito yang relatif tinggi untuk menarik nasabah.

Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk yang juga termasuk dalam bank BUMN, menawarkan bunga deposito dengan tingkat yang lebih rendah, yakni 2,5% untuk tenor 12 bulan. PT Bank Central Asia Tbk (BCA), satu-satunya bank swasta dalam kelompok ini, mencatatkan bunga deposito yang paling kecil, hanya sekitar 2% untuk tenor yang sama.

Pertumbuhan Simpanan Terbatas

Meski menawarkan bunga deposito yang cukup kompetitif, pertumbuhan simpanan deposito di beberapa bank KBMI 4 ini terbilang stagnan. BCA, misalnya, mencatatkan penurunan simpanan deposito pada tahun 2024, dengan penurunan 3,4% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 210 triliun. Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja, menjelaskan bahwa penurunan suku bunga acuan tidak serta-merta mendorong bank untuk menurunkan bunga deposito, karena bank perlu menjaga likuiditas untuk mendukung ekspansi kredit.

“Jika kita menurunkan bunga deposito, nasabah bisa saja beralih ke surat utang pemerintah atau bank lain,” ujar Jahja. Oleh karena itu, BCA tetap memantau posisi likuiditas dan cost of fund yang stabil untuk menjaga keberlanjutan operasi dan profitabilitas.

BNI Fokus pada Dana Murah

Sementara itu, BNI mencatatkan pertumbuhan simpanan deposito sebesar 3,8% YoY menjadi Rp 242,23 triliun. Namun, simpanan tabungan BNI justru mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi, yaitu 11% YoY, mencapai Rp 257,54 triliun. Wakil Direktur Utama BNI, Putrama Wahju Setyawan, menjelaskan bahwa bank saat ini fokus untuk mencari dana murah, mengingat kondisi likuiditas yang ketat. Menurutnya, efisiensi biaya dana sangat penting dalam mendukung pertumbuhan kredit yang sehat dan menjaga margin bunga bersih (NIM) yang optimal.

Dengan kondisi ini, meski suku bunga acuan BI telah turun, bank-bank besar tetap menjaga bunga deposito pada tingkat yang relatif tinggi untuk menarik nasabah, sambil berusaha menjaga stabilitas likuiditas dan keberlanjutan ekspansi kredit. (hky)