JagatBisnis.com – Asosiasi Pengusaha Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo) menilai bahwa batubara tetap menjadi komponen penting dalam bauran energi nasional dan sebaiknya tidak dikurangi secara drastis. Wakil Ketua Umum DPP Aspebindo, Fathul Nugroho, mengungkapkan bahwa batubara masih menjadi sumber energi primer yang paling terjangkau di Indonesia, memberikan keunggulan kompetitif dalam penyediaan listrik murah yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Batubara sebagai Sumber Energi Murah
Fathul menyebutkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mencapai 8% per tahun, penyediaan listrik yang terjangkau menjadi kunci. Batubara, yang merupakan sumber energi primer yang murah, dianggap sangat mendukung ekonomi nasional, khususnya dalam menyediakan listrik murah.
Namun, Fathul menekankan bahwa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara perlu mengadopsi teknologi ramah lingkungan, seperti carbon capture and storage (CCS), untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Target Pemerintah untuk Pengurangan Penggunaan Batubara
Fathul juga memberikan pandangannya tentang target pemerintah yang ingin mengurangi peran batubara dalam bauran energi nasional, seperti yang tercantum dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (KEN). Menurutnya, target penurunan persentase batubara dalam bauran energi primer pembangkit listrik hingga 40,7%-41,6% pada tahun 2030 adalah ambisius.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2025, batubara masih menyumbang sekitar 63% dari bauran energi nasional, sementara Energi Baru Terbarukan (EBT) hanya mencapai sekitar 15%. Fathul berpendapat bahwa target 55%-60% pada tahun 2030 lebih realistis.
Proyeksi Penurunan Peran Batubara hingga 2060
Dalam RPP KEN terbaru, pemerintah merencanakan penurunan kontribusi batubara dalam bauran energi hingga tahun 2060. Berikut adalah proyeksi penurunan batubara per 10 tahun yang diperkirakan dalam RPP KEN:
- 2030: Batubara menyumbang 40,7%-41,6%.
- 2040: Batubara menyumbang 28,9%-31%.
- 2050: Batubara menyumbang 19,1%-20,9%.
- 2060: Batubara menyumbang 7,8%-11,8%.
Transisi Energi Bersih dan Fokus pada Ekspor
Fathul berharap bahwa meskipun ada upaya untuk mengurangi porsi batubara di dalam negeri, penggunaannya tetap dioptimalkan sebagai sumber energi murah, terutama untuk pembangkit listrik. Namun, pelaku industri batubara harus memiliki roadmap untuk transisi ke energi bersih guna memastikan kelangsungan usaha.
Selain itu, dengan berkurangnya penggunaan batubara di dalam negeri, ekspor batubara menjadi alternatif yang semakin penting. Negara-negara ASEAN dan Asia Selatan masih membutuhkan batubara sebagai sumber energi murah, mengingat keterbatasan sumber energi baru dan terbarukan.
Fathul Nugroho menutup dengan menekankan pentingnya penyesuaian terhadap kebijakan energi nasional untuk memastikan keberlanjutan industri batubara sambil mendukung transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan. (Zan)